JAVASATU-GRESIK- Menjadi seorang takmir musala/masjid harus memiliki pemikiran kreatif, jujur, ikhlas, cerdas dan istiqomah, karena tidak ada bayarannya. Hal ini diungkapkan ustadz H. Aunur Rokhim dalam acara Ngaji Bareng Diskusi Keagamaan di musala Baitul Mukhlasin atau musala Mbah Jurit, Perum Griya Sekar Kedaton, Sidomukti, Kebomas, Gresik pada Sabtu (25/12/2021) pagi.
“Jabatan takmir adalah amanah yang diberikan oleh jamaah pada seseorang atau beberapa orang untuk mengurus, mengelola, dan mengawasi jalannya kegiatan di musala atau masjid. Takmi harus kreatif, cerdas istiqomah dan ikhlas karena tidak ada bayaran dunia, yang ada hanya paidoan (cacian), cibiran, dan omelan dari masyarakat, tapi hasilnya akan dinikmati di akhirat” terang H. Aunur Rokhim dihadapan para jamaah dalam kegiatan yang diinisiasi oleh takmir musala Baitul Mukhlasin.
Menurut H. Aunur Rokhim, takmir hanya mencari ridho allah, rasul, para guru dan alim ulama.
“Untuk itu butuh keikhlasan yang luar biasa, dan mental tahan banting, sejarah ketakmiran di Giri Gresik diawali pendirian musala secara pribadi oleh para ulama zaman dulu. Peran musala/masjid adalah juga untuk menegakkan dakwah dan pendidikan islam di tengah kemajuan teknologi” terangnya.
Dalam dialog yang dinisiasi oleh takmir musala Mbah Jurit ini menghadirkan dua narasumber yakni, ustadz Aunur Rokhim dan ustadz H. Abdul Adhim. Dihadiri 25 lembaga musala/masjid di wilayah Sidomukti, Giri, Kelangonan, Kawisanyar, Ngargosari, Sekar Kurung, dan Gulomantung. Serta ada 7 desa dan Kepala Sekolah MI, MTs dan MA.
Selanjutnya, narasumber ustadz H. Abdul Adhim menguraikan terkait bab dana zakat, infaq dan sedekah (ZIS). Dia menjelaskan, dana zakat, infaq dan sedekah tidak serta merta harus digunakan hanya untuk pembangunan fisik lembaga saja, selama tidak diniati atau ada ikrar akad khusus, maka dana ZIS di musala/masjid boleh digunakan untuk kepentingan umat lainnya yang lebih urgent.
“Seperti kegiatan dakwah sabilillah, fakir miskin, santunan anak yatim” tegasnya.
Lebih dalam H. Abdul Adhim menegaskan, musala/masjid bukan hanya sebagai pusat kegiatan ibadah saja, lebih dari itu bisa difungsikan untuk kegiatan dakwah, pendidikan, sosial dan kemasyarakatan umat.
“Pembangunan non fisik lebih utama daripada membangun fisik gedung yang megah indah tapi nol kegiatan dakwah, pendidikan dan sosial dan kemasyarakatan” tegasnya.
“Takmir harus berani ambil risiko, selagi punya pendirian yang benar dan kuat berdasarkan hukum fiqih dan syariat” tandas H. Abdul Adhim.
Sementara, Perwakilan Takmir Musala Mbah Jurit, Zainuddin Fanani didampingi Matsari mengungkapkan, ke depan pihaknya perlu menguatkan kerjasama dan koordinasi di forum komunikasi antar takmir di wilayah Pegiren.
“Perlu kesabaran dan rela berkorban menjadi seorang takmir. Alhamdulillah dialog berlangsung interaktif dan gayeng” kata Zainuddin Fanani diamini Matsari.
Baca Lainnya: Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin Resmi Tutup Muktamar Ke-34 NU
“Selaku takmir musala Mbah jurit kami menyampaikan terimakasih dan atensi atas kekompakkan teman-teman panitia serta atas kehadiran undangan mohon maaf atas segala kekurangan” imbuhnya mengakhiri. (Bas/Arf)