JAVASATU.COM-MALANG- Kasus stunting di Kota Malang menginjak angka 8,9 persen atau sekitar 3.200 kasus. Jumlah tersebut diakumulasikan sejak bulan timbang pada Februari 2023 lalu.
Pasalnya dari 37.000 balita, sekitar 3.200 anak mengalami stunting. Hal tersebut dijelaskan oleh Wali Kota Malang, Sutiaji saat memberikan pengarahan deteksi dini oleh masyarakat, Rabu (31/05/2023).
“Pencegahan stunting butuh kolaborasi karena yang bisa kerja tuntas, caranya dengan bersama-sama. Ada sekitar 400 kader kesehatan yang dikumpulkan (untuk pencegahan stunting) dari 6.200 kader yang ada,” jelas Sutiaji.
Menurut Sutiaji, pencegahan anak stunting dapat dilakukan sejak dini kepada calon orang tua. Diperlukan literasi kepada calon pengantin terkait tata cara berkeluarga.
“Kita kerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memberikan literasi kepada masyarakat. Sebelum menikah, mereka sudah mengerti apa yang harus dilakukan,” lanjut Sutiaji.
Tak berhenti di situ, dalam tahap kehamilan pun perlu pendampingan dari nutrisionis. Kadar gizi dalam makanan yang dikonsumsi oleh ibu tidak boleh sembarangan. Maka dari itu Pemkot Malang tengah menguatkan Posyandu anak dalam mencegah stunting.
“Setelah dia menikah di erikan literasi ketika akan mengandung. Ada pendampingan denhan nutrisionis. Pasca melahirkan juga didampingi oleh para kader, nutrisionis dan Posyandu. Untuk Posyandu Anak, kita kuatkan untuk mitigasi stunting,” ujarnya.
Sebagai informasi, pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) menargetkan stunting berada di angka 14 persen. Namun pada tahun 2022, angka stunting di Kota Malang mengalami penurunan hingga menyentuh 8,9 persen. (Lim)