JAVASATU.COM-GRESIK- Nama Nyai Ageng Pinatih terus hidup dalam ingatan masyarakat Gresik dan sekitarnya, lebih dari lima abad setelah wafatnya. Sosok perempuan ulama yang hidup pada abad ke-15 ini dikenang sebagai pelopor dakwah Islam di kawasan pesisir utara Jawa, sekaligus ibu asuh dari Sunan Giri, salah satu tokoh Wali Songo.

Peringatan haul ke-558 yang digelar pada 11–12 April 2025 di Pesarean Nyai Ageng Pinatih, Kelurahan Kebungson, menjadi momen untuk merefleksikan kembali jejak perjuangannya dalam menyebarkan Islam dengan pendekatan kelembutan, ilmu, dan kepemimpinan yang visioner.
“Beliau bukan hanya tokoh religius, tapi juga pemimpin yang mengayomi, menggerakkan ekonomi, dan menciptakan ruang belajar bagi masyarakat. Peran beliau sangat strategis, bahkan melampaui zamannya,” ungkap Fither Kuntajaya, Lurah Kebungson, Sabtu (12/4/2025).
Nyai Ageng Pinatih tercatat sebagai salah satu perempuan terdepan dalam penyebaran Islam di Nusantara. Ia memimpin wilayah Gresik pada masa itu dan menjadi contoh bahwa perempuan memiliki ruang kepemimpinan dalam masyarakat yang kental dengan nilai-nilai Islam.
“Nama beliau harus terus dikenalkan, terutama kepada generasi muda. Bahwa perempuan dalam Islam tidak hanya bisa menjadi pengikut, tapi juga pemimpin dan penggerak perubahan,” tambah Fither.
Rangkaian acara haul turut diisi pengajian dan doa bersama, dengan kehadiran para ulama dari berbagai daerah.
“Inti dari peringatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan sebagai upaya menjaga dan meneruskan warisan nilai-nilai dakwah inklusif, moderat, dan berbasis kasih sayang yang telah dicontohkan oleh Nyai Ageng Pinatih,” tegas Fither.
Dalam sejarah lokal, Nyai Ageng Pinatih juga dikenal berperan membentuk karakter Sunan Giri sejak kecil hingga tumbuh menjadi tokoh besar penyebar Islam di Jawa. Peran sebagai ibu asuh ini bukan hanya tanggung jawab pribadi, tapi juga misi spiritual yang memperkuat posisinya sebagai perempuan pembina generasi.
“Haul ini juga menjadi pengingat bahwa perjuangan tokoh seperti Nyai Ageng Pinatih tak boleh hilang ditelan zaman. Ia adalah simbol bahwa dakwah bukan semata milik laki-laki, tapi juga bisa dibawa oleh perempuan dengan kekuatan akhlak, ilmu, dan cinta pada umat,” pungkas Fither.
Peringatan Haul Nyai Ageng Pinatih tahun ini dihadiri Wakil Bupati Gresik, dr. Alif, bersama Camat dan Lurah Kebungson selaku tuan rumah. Kehadiran para tokoh pemerintahan tersebut menjadi bentuk penghormatan atas warisan spiritual dan budaya yang ditinggalkan Nyai Ageng Pinatih.
Pengajian umum menghadirkan KH. Mushodiq Fikri dari Jember, serta para ulama dan masyaikh dari Gresik dan sekitarnya. Seluruh rangkaian acara berlangsung khusyuk dan penuh kebersamaan, disambut antusias oleh masyarakat dari berbagai wilayah. (Bas/Saf)