JAVASATU.COM-BATU- Pameran seni bertajuk “Legenda Sastra Visual” siap digelar di Galeri Raos, Jalan Panglima Sudirman 47, Ngaglik, Kota Batu, mulai 24 Mei hingga 6 Juni 2025. Acara ini menandai kolaborasi unik antara seni rupa, sastra, dan inovasi teknologi yang diinisiasi oleh Satupena Jawa Timur dan Kreator Era AI (KEAI) Jawa Timur.

Sebanyak tujuh lukisan akrilik karya seniman senior Dr. Slamet Hendro Kusumo, SH., MM., akan menjadi pusat perhatian. Lukisan-lukisan ini mengangkat tokoh dan kisah legendaris Nusantara seperti Klenthing Kuning, Tantri Kamandhaka, Joko Tarub, Nawang Wulan, Dewi Sri, Nyai Roro Kidul, hingga Jagad Gedhe. Karya-karya tersebut ditampilkan dalam skala besar, beberapa berukuran hingga 160 x 300 cm, menciptakan visual yang ekspresif dan memikat.
Dr. Slamet Hendro Kusumo, yang juga Ketua Dewan Penasehat Satupena Jatim dan pemilik Omah Budaya Slamet (OBS), telah dikenal sebagai seniman produktif dan peraih penghargaan Gubernur Jawa Timur atas dedikasinya di dunia seni rupa. Ia juga aktif membuka kelas filsafat dan dikenal sebagai pegiat sastra lintas disiplin.
Tak hanya memamerkan seni lukis, “Legenda Sastra Visual” juga menghadirkan ragam kegiatan sastra. Salah satunya adalah Gerakan Kembali ke Buku (GKKB) yang diinisiasi oleh BUKUKITA Kota Batu. Program ini bertujuan menghidupkan kembali budaya literasi di tengah masyarakat digital, dengan menampilkan karya-karya sastra puisi esai dari penulis Indonesia, Malaysia, hingga Jerman yang telah diterbitkan oleh Cerah Budaya Internasional.
“Pameran ini bukan sekadar ajang seni, tapi ruang kontemplasi tentang bagaimana sastra dan visual dapat bertahan dan berkembang di tengah arus teknologi kecerdasan buatan,” ujar Akaha Taufan Aminudin, Ketua Satupena Jawa Timur sekaligus penggagas KEAI Jatim, Minggu (4/5/2025).
Menurut Akaha, penggabungan antara kekuatan narasi tradisional dan pendekatan visual modern ini bertujuan untuk menciptakan jembatan antara masa lalu dan masa depan. Konsepnya mengacu pada prinsip “Innovation Rooted in Ancestral Memory and Its Contemporary Relevance”, atau inovasi yang berpijak pada ingatan leluhur dan relevansinya di masa kini.
“Pameran ini diharapkan menjadi magnet bagi pecinta seni dan sastra di Jawa Timur, serta menjadi panggung reflektif untuk meninjau kembali peran seni dalam membentuk kesadaran budaya dan identitas di era digital,” tutup Akaha. (Arf)