JAVASATU.COM- Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Perkerisan Indonesia menggelar program sertifikasi kompetensi bagi para pelaku pelestarian budaya keris di Pendopo Kongas Arum, Tulungagung, Sabtu-Minggu (12–13/7/2025). Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai daerah seperti Malang, Surabaya, Trenggalek, Lumajang, Madiun, Tulungagung hingga Lamongan.

Direktur LSP Perkerisan Indonesia, Agung Guntoro, mengatakan antusiasme peserta sangat tinggi, bahkan banyak pendaftar dari luar Jawa seperti Bali, Lombok, Sulawesi, hingga Kalimantan. Namun, jumlah peserta kali ini dibatasi demi menjaga kualitas proses sertifikasi.
“Kami fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Ini demi memastikan standar kompetensi benar-benar tercapai,” ujar Agung saat pembukaan acara, Sabtu (12/7/2025).
Tiga skema yang dibuka dalam kegiatan ini yakni Edukator Keris, Pangrukti Keris, dan Panjak Keris. Masing-masing memiliki jenjang profesi berlanjut seperti Kurator Keris, Konservator Keris, hingga Mpu Keris. Seluruh skema telah disahkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan didukung oleh asesor kompeten.
Agung menegaskan, para asesor telah melewati proses validasi teknis, pengalaman, dan keilmuan. Ia juga berharap ke depan akan muncul asesor-asesor baru dari berbagai daerah mengingat kekayaan budaya perkerisan Indonesia yang begitu luas.
Salah satu peserta, Wahyu Eko Setiawan alias Sam WES, perwakilan dari Malang dan pemilik Galeri Jagad Gumelar, menilai sertifikasi ini penting untuk pengembangan edukasi dan pelestarian budaya keris secara formal.
“Saya mengikuti skema Edukator Perkerisan agar bisa mengembangkan kurikulum berbasis budaya keris ke sekolah-sekolah. Tujuannya agar diterima secara formal, baik di sekolah negeri maupun swasta,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sam WES yang juga CEO TosanAji.id menyebut sertifikasi ini penting dalam membangun kepercayaan pasar luar negeri terhadap karya keris Indonesia. Pasar mancanegara, menurutnya, sangat mengutamakan edukasi, narasi, dan literasi yang terkandung dalam sebilah keris, bukan hanya estetika.
“Pasar global butuh jaminan keaslian, narasi yang kuat, dan literasi budaya. Di situlah peran Edukator Perkerisan menjadi krusial,” tegasnya.
Kegiatan ini menjadi langkah konkret LSP Perkerisan Indonesia dalam mengangkat derajat profesi di dunia perkerisan sekaligus memperkuat posisi budaya keris Indonesia di mata dunia. (Saf)