JAVASATU.COM- Terorisme bukan semata-mata dilatarbelakangi faktor agama. Hal itu ditegaskan pakar terorisme Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof. Gonda Yumitro dalam Webinar Moderasi Beragama bertema “Mengurai Akar Terorisme: Perspektif Sosial, Ekonomi dan Ideologi di Balik Aksi Kekerasan” yang digelar Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Malang Raya, Rabu (20/8/2025).

Menurut Gonda, agama sering kali hanya dipakai sebagai alat justifikasi dalam tindakan terorisme. Motif utama pelaku justru kerap dipicu faktor sosial, ekonomi, hingga psikologis.
“Contoh kasus mahasiswa di Malang beberapa tahun lalu, ia jadi teroris karena ingin membuktikan eksistensi diri akibat diskriminasi di keluarganya,” ujar Gonda yang juga Kaprodi Hubungan Internasional UMM.
Malang Zona Merah Radikalisme
Mengutip laporan BNPT 2022, Gonda menyebut Malang termasuk zona merah radikalisme di Jawa Timur. Banyaknya kampus dan mahasiswa dinilai menjadi celah bagi jaringan terorisme melakukan rekrutmen.
“Malang juga daerah wisata dengan kontrol sosial relatif lemah. Kehadiran orang asing dianggap biasa, sehingga kota ini rawan dijadikan markas persembunyian maupun perencanaan aksi teror,” jelasnya.
Radikalisme Menguat Pasca-Reformasi
Panelis lain, dosen Fakultas Agama Islam UMM Nafik Muthohirin, menambahkan bahwa radikalisme awalnya bergerak bawah tanah. Namun pasca-reformasi, fenomena itu semakin terbuka.
“Keberhasilan Revolusi Islam Iran turut membangkitkan aktivisme umat Islam di Indonesia. Tokoh revolusioner Iran bahkan sempat jadi idola anak muda Islam di era Orde Baru hingga awal reformasi,” kata Nafik yang tengah menempuh studi doktoral di Eotvos Lorand University, Hungaria.
Komitmen IMM Malang Raya
Ketua panitia menyebut webinar ini menjadi ruang dialog strategis bagi kader IMM, akademisi, hingga masyarakat untuk memahami akar terorisme dari berbagai sudut pandang.
IMM Malang Raya berkomitmen terus mendorong kesadaran pentingnya beragama secara moderat. (saf)