JAVASATU.COM-MALANG- Sebanyak 11 pembatik dari berbagai daerah di Jawa Timur mengikuti uji kompetensi skema membatik cap yang digelar Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-BNSP) Batik, Minggu (20/4/2025), di Joglo Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Negeri Kabupaten Malang, Jalan Krapyak No.94, Kepanjen.

Para peserta berasal dari LPK Ganesha Kepanjen dan sejumlah wilayah lain, seperti Ponorogo, Madiun, Surabaya, dan Tulungagung. Tak hanya perajin, uji kompetensi ini juga diikuti oleh para pengajar batik, mulai dari guru hingga dosen.
“Ujian kali ini fokus pada skema membatik cap. Yang diuji bukan hanya keterampilan teknis, tapi juga attitude peserta dalam menghargai alat, bahan, dan karya,” ujar Ita Fitriyah, S.T., M.T., asesor nasional dari LSP Batik yang juga dikenal sebagai pemilik Batik Lintang, pencipta motif khas Kabupaten Malang “Garudeya”.
Ita mengungkapkan, keterlibatan pengajar dalam uji kompetensi ini memberi nilai tersendiri. “Saya cukup terkejut karena banyak dari mereka adalah pengajar dan datang dari luar Malang Raya. Ini menunjukkan semangat luar biasa untuk meningkatkan kualitas diri,” katanya.
Menurut Ita, sertifikasi kompetensi menjadi kebutuhan mendesak di tengah tumbuhnya industri batik cap dan tulis di Jawa Timur. Hampir di setiap desa, setidaknya ada dua pengrajin batik dan galeri yang terus bertahan, bahkan tumbuh di tengah tekanan ekonomi global pasca-COVID-19.
Salah satu peserta, Anita (35) dari Kabupaten Ponorogo, mengaku datang sejak pagi bersama dua rekannya.
“Kami dari Ponorogo ingin meningkatkan kualitas produksi batik lewat sertifikasi. Harapannya, ke depan karya kami bisa lebih diakui secara profesional,” ujarnya.

Uji kompetensi berlangsung sehari penuh sejak pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. LSP-BNSP Batik berharap, semakin banyak pembatik yang mengikuti sertifikasi agar standar kualitas batik, khususnya di Jawa Timur, semakin terangkat secara nasional. (Saf)