JAVASATU.COM-MALANG- Masyarakat diimbau untuk mencari jalur alternatif pada 23 Februari 2025 mendatang, sehubungan dengan gelaran Pawai Budaya dalam rangka Bersih Desa Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Acara ini akan melibatkan ribuan warga dan berpotensi menyebabkan kepadatan lalu lintas di beberapa ruas jalan utama.
(Gambar: Jatimtimes)
Diperoleh data, rute Pawai Budaya akan dimulai dari Perumahan Bukit Hijau, melewati Jalan Raya Tlogomas, kemudian melintasi beberapa ruas jalan seperti Jalan Batu Permata, Jalan Yaqut, Jalan Zamrud, dan berakhir di Jalan Tlogo Indah.
“Oleh karena itu, masyarakat diharapkan dapat mengantisipasi kepadatan dan menggunakan jalur alternatif lainnya,” kata Lurah Tlogomas, Arwanto, dikutip dari Jatimtimes, Kamis (20/2/2025).
Arwanto mengungkapkan bahwa selain menjadi bagian dari tradisi, Pawai Budaya ini diharapkan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat, khususnya bagi pelaku UMKM dan ekonomi kreatif.
“Kami berharap event ini bisa menjadi ajang pengembangan ekonomi kreatif bagi warga,” ujar dia.
Arwanto menambahkan, event Bersih Desa ini seharusnya digelar dua tahun sekali, namun terakhir kali diadakan pada 2019 sebelum tertunda akibat pandemi dan dinamika politik.
“Setelah lima tahun, tentu ada euforia dari warga. Kami berharap peserta tetap menaati tata tertib agar acara berjalan lancar,” pungkasnya.
“Dengan adanya acara ini, diharapkan masyarakat dapat menikmati Pawai Budaya dengan tertib, serta tetap memperhatikan kelancaran lalu lintas di sekitar wilayah Tlogomas,” imbuh dia mengakhiri.
Sementara itu, puncak acara Bersih Desa Kelurahan Tlogomas Kota Malang akan berlangsung pada Minggu, 23 Februari 2025, dengan Pawai Budaya sebagai salah satu agenda utama. Acara ini berkolaborasi dengan media siber Jatimtimes dan akan melibatkan lebih dari 2.000 warga.
Ketua Pelaksana Bersih Desa Tlogomas, Tarmuji, mengungkapkan bahwa Pawai Budaya tahun ini mengangkat tema “Dari Kanjuruhan Awal Peradaban Nusantara”.
Sebanyak sembilan subtema akan ditampilkan oleh masing-masing Rukun Warga (RW), mencerminkan perjalanan sejarah dari era Kerajaan Kanjuruhan hingga masa kini.
“Sembilan subtema yang akan dibawakan itu meliputi, Kerajaan Kanjuruhan, Kerajaan Singosari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Islam Demak, Kerajaan Mataram Islam (Sultan Agung), Masa VOC, Masa Penjajahan Jepang, Masa Transisi Kemerdekaan, Orde Baru hingga Era Modern,” rinci Tarmuji, Kamis (20/2/2025).
“Setiap RW sudah mendapatkan subtema masing-masing, sehingga pawai ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan edukasi bagi masyarakat,” imbuhnya.

Selain menampilkan nilai sejarah, panitia juga menerapkan aturan ketat terkait kostum dan atribut peserta. Larangan penggunaan sound system berkapasitas besar serta kostum yang tidak sesuai subtema akan diberlakukan.
“Jika ada yang melanggar aturan, mereka tidak akan diperbolehkan tampil,” tegas Tarmuji. (Dop/Nuh)