JAVASATU.COM- Meski PT Jasamarga Pandaan-Malang (JPM) telah mengeluarkan dana Rp 20 miliar untuk menggeser trase jalan tol Malang-Pandaan guna menyelamatkan temuan arkeologis di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, namun situs bersejarah yang kemudian dikenal sebagai Situs Sekaran itu kini justru tak terurus.

Eksplorasi lanjutan melalui ekskavasi belum juga dilakukan. Situs yang terdiri atas tatanan bata purbakala tersebut terkesan terbengkalai tanpa kepastian penanganan.
“Untuk menggeser trase dari titik awal rencana jalan tol kami menghabiskan Rp 20 miliar,” kata Direktur Utama PT Jasamarga Pandaan-Malang, Agus Purnomo, Sabtu (13/7/2019).
Agus menjelaskan, trase tol digeser sejauh 17 meter setelah hasil rapat bersama antara Jasamarga, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim, Balai Arkeologi Yogyakarta, Pemkab Malang, dan pihak terkait. Keputusan itu diambil demi menjaga kelestarian situs.
“Pergeseran trase itu hasil kesepakatan bersama. Tapi setelah itu, pengelolaan situs bukan urusan kami,” tegasnya.
Agus menambahkan, pihaknya hanya berwenang dalam pembangunan jalan tol. Nasib Situs Sekaran sepenuhnya berada di tangan BPCB Jawa Timur dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat.
Sementara itu, Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono, menyesalkan lambannya tindak lanjut dari pemerintah daerah. Ia khawatir situs tersebut akan bernasib sama seperti Situs Ngawonggo di Tajinan yang terlupakan.
“Jangan sampai lupa dengan situs Sekaran. Kami selalu menyerukan ‘Ojo Lali Loh’,” ujarnya.
Menurut Dwi, nilai situs Sekaran sangat mahal karena proses penyelamatannya memakan biaya besar. Bila dibiarkan, pengorbanan Jasamarga akan sia-sia.
“Kalau situs ini terbengkalai, miliaran rupiah yang sudah dikeluarkan akan jadi mubazir. Ini bukan sekadar tanah dan batu, tapi jejak sejarah dan aset budaya yang tak ternilai,” tegasnya.
Hingga kini, belum ada kejelasan dari Pemkab Malang mengenai langkah konservasi maupun pengembangan situs tersebut. (Nuh)
Comments 2