Javasatu,Batu- Untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam banjir dan tanah longsor di wilayah Kota Batu dan sekitarnya, Minggu (4/10/2020) pagi, ratusan warga yang menamakan diri dalam Gerakan Kesadaran Alamku Kota Batu dan Pegiat Lingkungan Sinergitas Lintas Batas bersama jajajaran Polres Batu melakukan bersih-bersih sampah di Kaliampo Sungai Brantas yang dipadu dengan penghijauan di Desa Dadaprejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
Kapolres Batu AKBP Harviadhi Agung Prathama, melalui Kasat Binmas AKP Diana Pudjiastuti menyambut baik dan memberikan apresiasi terhadap kegiatan tersebut.
“Semoga mampu memberikan manfaat nyata pada kemajuan sektor lingkungan di wilayah Sungai Kaliampo kali brantas khususnya, dan wilayah Hulu Sungai Brantas umumnya” ujarnya, Minggu (4/10/2020).
Menurutnya, ini sebagai upaya mitigasi bencana menjelang musim hujan. Pihaknya berharap agar kegiatan seperti ini bukan hanya sekedar seremonial semata, namun hendaknya dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Batu dan membentuk mental, serta jiwa cinta lingkungan yang sangat dibutuhkan di era modern seperti ini.
“Lebih dari itu, pelaksanaan kegiatan ini juga mengandung makna strategis, yang telah menunjukkan perkembangan masyarakat Kota Batu yang senantiasa konsen dengan masalah pelestarian lingkungan” jelasnya.
Wilayah sungai Brantas, lanjutnya, memiliki persoalan yang harus diselesaikan, diantaranya penurunan kualitas air sungai, alih fungsi Daerah Aliran Sungai, pembuangan limbah domestik dan kerusakan lingkungan. Dengan mengusung konsep Giri Wana Tirta, Giri yang berarti Gunung, Wana yang berarti Hutan, dan Tirta yang berarti Sungai.
“Saya yakin, salah satu upaya gerakan kesadaran seperti ini akan mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Keberadaan pohon sangatlah vital untuk menjaga kestabilan wilayah sungai” jelasnya.
Lebih jauh dirinya menjelaskan, gerakan-gerakan reboisasi terutama di sepadan sungai perlu dilestarikan dan didukung, karena pohon bermanfaat dalam meminimalisir terjadinya erosi, meningkatkan resapan air, sehingga debit sungai stabil, menjaga dari bahaya longsor, dan meningkatkan keanekaragaman flora dan fauna.
“Tanpa pohon, sungai akan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan debit sungai mengalami fluktuasi yang berakibat pada bencana banjir dan kekeringan” ungkapnya.
Dikatakannya, berdasarkan data dari BMKG, musim hujan di Indonesia akan dimulai secara bertahap di akhir Oktober dan mengalami puncak musim hujan pada Januari dan Februari.
“Kami berharap, melalui gerakan pembersihan sungai dan reboisasi, tidak akan ada lagi aliran sungai yang tertutup oleh sampah dan keberadaan pohon mampu meningkatkan resapan air, sehingga bencana banjir tidak terjadi” harapnya.
Dilanjutkan, sesuai dengan jargon kegiatan ini ‘Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita’, mudah-mudahan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk peka terhadap lingkungan, dan semakin peduli dengan kebersihan sungai dalam bentuk atau aksi “tidak membuang sampah di sungai dimulai dari diri sendiri, dan lingkungan sekitar” cetusnya.
“Agar aksi yang dilakukan oleh peserta gerakan kesadaran alamku hijau dan segenap penggiat lingkungan sinergitas lintas batas dapat terus mencanangkan program-program yang lain untuk kelestarian lingkungan” pungkasnya. (Yon/Saf)