JAVASATU.COM-GRESIK- Tugu Manyar, yang saat ini sedang dipindahkan untuk keperluan pelebaran jalan Manyar, menyimpan misteri yang menarik di bagian dasarnya. Di balik keindahan dan filosofi yang terpancar dari tugu ini, sebuah pesan tersembunyi terungkap, menghidupkan kembali sejarah dan semangat kemerdekaan Indonesia.
Sebagai warga setempat menyaksikan proses evakuasi tugu ini, tahun dan tanggal pembangunan tugu akhirnya terbongkar pada bagian dasarnya. Dalam jelas terpampang, “17 Agustus 1960”, menghadirkan kembali kenangan akan perjuangan dahsyat dalam merebut kemerdekaan.
Keyakinan warga pun semakin menguat bahwa pembangunan tugu Manyar ini memiliki keterkaitan yang erat dengan kontribusi tokoh agama terkemuka, KH Sahlan. Gus Ahmad Suhaili Idris, cucu dari KH Sahlan, mengungkapkan bahwa di balik keindahan tugu ini terdapat filosofi yang memancarkan semangat kemerdekaan. Para tokoh desa Manyar Komplek yang menjadi pendahulu telah membangun tugu ini dengan penuh makna.
Tampilan ujung tugu yang berwarna putih menghadirkan garis mengerucut sebanyak 17, melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia. Namun, sebuah temuan mengejutkan terletak di bagian dasar tugu. Di antara garis kotak berwarna biru yang melambangkan bulan kemerdekaan, dan garis kotak hijau berjumlah 45 sebagai pengingat tahun kemerdekaan 1945, terdapat kode rahasia yang menjadi misteri tersendiri.
“Mengamati semuanya, saya semakin yakin bahwa masyarakat Manyar pada masa lalu telah menjadi maju dan memiliki semangat nasionalisme yang tinggi. Karenanya, bersama dengan warga lainnya, kami berkeinginan agar tugu ini tidak dihancurkan, melainkan dipindahkan dengan tetap memelihara keutuhannya,” ungkap Gus Suhel, sapaan akrab Gus Ahmad Suhaili Idris, Selasa (11/7/2023).
Gus Suhel, yang juga seorang pengajar di Ponpes Mambaus Sholihin, Suci, Manyar, Gresik, menjelaskan bahwa sejarah tugu ini tidak dapat dipisahkan dari peran aktif kakeknya, KH Sahlan. Ketika tugu ini dibangun, KH Sahlan menyimpan sebuah botol di bagian dasarnya sebagai simbol perlindungan dan keamanan bagi warga sekitar. Sebelum proses evakuasi dimulai, Gus Suhel dan para tokoh masyarakat setempat, termasuk Forkopimcam dan Ulama, mengadakan doa bersama sebagai bentuk penghormatan dan sebagai doa untuk keselamatan para pekerja yang terlibat dalam pemindahan tugu.
“Jadi, jangan terkecoh. Doa bersama ini tidak hanya berkaitan dengan keamanan fisik yang dapat terlihat, tetapi juga sebagai doa untuk keselamatan batin. Dengan doa ini, kami berharap tugu dapat dipindahkan dengan baik oleh para pekerja,” jelas Gus Suhel.
Lebih lanjut, Gus Suhel, yang juga menjabat sebagai Ketua MWC NU Manyar, mengungkapkan bahwa terdapat dua versi cerita sejarah mengenai botol yang ditempatkan oleh KH Sahlan di bagian dasar tugu saat pembangunannya. Versi pertama menyebutkan bahwa botol itu berisi air, sementara versi kedua menyebutkan bahwa botol tersebut berisi kertas.
“Entah versi mana yang benar, saya sendiri tidak mengetahuinya. Pasalnya, 9 tahun setelah pembangunan tugu, tepatnya pada tahun 1969, KH Sahlan meninggal dunia. Yang jelas, botol tersebut merupakan simbol perlindungan, atau dalam bahasa Jawa disebut ‘jimat’,” terang pria kelahiran tahun 1976 ini.
Sekarang, berkat jasa-jasanya, nama KH Sahlan diabadikan sebagai nama jalan di wilayah Manyar Komplek. Nama jalan tersebut menjadi pengingat bagi masyarakat Manyar akan peran penting tokoh ini dalam mempertahankan dan merawat semangat kemerdekaan. (Bas/Arf)