JAVASATU.COM-BATU- Sapu Bersih Sampah Nyemplung Kali (Sabers Pungli), sebuah komunitas pelestari lingkungan hidup di Kota Batu, mengungkap data mengenai 273 mata air di wilayah tersebut. Ungkapan ini bertepatan dengan pelaksanaan World Water Forum ke-10 tahun 2024 yang bertemakan ,Air untuk Kemakmuran Bersama’.
Ringkasan data tersebut telah disampaikan kepada berbagai instansi terkait pada pertengahan Mei 2024. Instansi tersebut meliputi BBWS Brantas, PU SDA Jatim, BPDAS, Perum Jasa Tirta I, serta Pemerintah Kota Batu dan jajarannya seperti Dinas PUPR, DLH, BPSDA, BPBD, dan seluruh Lurah/Kepala Desa se-Kota Batu. Lembaga non-pemerintah seperti Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) Jawa Timur juga menerima data ini.
Doddy Eko Wahyudi, koordinator kegiatan, menjelaskan bahwa ekspedisi pencatatan mata air melibatkan partisipasi pemerintah desa/kelurahan, relawan masyarakat, dan perwakilan dari berbagai instansi seperti Perum Jasa Tirta I, BBWS Brantas, TNI, Polri, PUPR, DLH, BPBD, dan PDAM Kota Batu. Dana kegiatan berasal dari kontribusi mandiri masyarakat yang didukung oleh berbagai pihak yang peduli.
“Kegiatan ekspedisi ini berangkat dari keingintahuan kami untuk menjawab ketidaktahuan dan ketidakpastian data mata air yang selama ini diketahui masyarakat. Data awal di lapangan ternyata menunjukkan jumlah mata air yang lebih banyak dari yang diberitakan,” ujar Doddy,” Sabtu (01/06/2024).
Doddy berharap data mata air yang berhasil didokumentasikan dapat digunakan oleh pihak berwenang untuk program pemantauan, evaluasi, dan pelestarian.
“Kita harus memastikan tidak hanya memanfaatkan mata air, tetapi juga melestarikannya,” tutupnya.
Cak Mat Berlin, tokoh budaya dan pelestari sungai di Kota Batu, menambahkan bahwa ekspedisi yang dilakukan sejak Oktober 2022 hingga Mei 2024 ini berfokus pada lokasi di luar kawasan hutan.
“Data yang dikumpulkan mencakup berbagai aspek seperti nama lokal, lokasi, waktu survei, perkiraan debit, status kepemilikan lahan, hingga flora dan fauna,” tegasnya.
Bayu Sakti, dari MKTI Jatim, memberikan apresiasi tinggi kepada para relawan di Kota Batu yang telah berdedikasi selama 1,5 tahun untuk mencermati mata air.
“Kota Batu terletak di hulu DAS dan daerah transisi antara gunung dan lembah, banyak terdapat retakan batuan yang menjadi titik kemunculan air tanah,” jelas Bayu. Ia juga menekankan pentingnya pelestarian daerah tangkapan atau imbuhan agar mata air tetap lestari.
Yudha Sri Muhartono, Asper BKPH Pujon, menekankan bahwa sebelumnya sudah ada dokumentasi mata air di kawasan hutan se-KPH Malang, dengan total 208 mata air di delapan BKPH.
“Khusus di Kota Batu, terdapat 29 mata air yang telah didokumentasikan,’ ujarnya.
Beberapa instansi telah merespons pengiriman data ini dan dijadwalkan untuk berdiskusi lebih lanjut. (Dop/Arf)