JAVASATU.COM-PASURUAN- Sebanyak 603 siswa kelas 7 dan 8 SMP Negeri 1 Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, membatik tulis secara kolosal di lingkungan sekolah pada Senin-Selasa (28–29 April 2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertema Membatik Bersama Membangun Bangsa.

Semula, kegiatan dirancang dalam bentuk outing class ke Galeri Batik Lintang di Karangploso, Malang. Namun, rencana tersebut batal menyusul terbitnya surat edaran dari Bupati Pasuruan yang melarang kegiatan antardaerah demi efisiensi anggaran dan keselamatan siswa.
“Kami tidak melanggar aturan, tapi juga tidak membatalkan program yang sudah terjadwal. Alhamdulillah, kami berkoordinasi dengan Batik Lintang dan menemukan solusi agar tetap berjalan di sekolah,” ujar Ketua P5 SMPN 1 Sukorejo, Dicky Noveka F., S.Pd, Selasa (29/4/2025).
Sebagai solusi, Batik Lintang mengirimkan empat pembatik profesional beserta perlengkapan ke sekolah di Jalan Sumber Gareng, Desa Sengkan, Sukorejo. Mereka melatih para siswa membatik selama dua hari dengan teknik dasar membatik tulis.
Owner Batik Lintang, Ita Fitriyah, S.T., M.T., mengatakan kegiatan kolosal ini bukan kali pertama pihaknya gelar. Namun, perubahan mendadak lokasi menjadi tantangan tersendiri.
“Kami harus cepat beradaptasi, memobilisasi tim dan peralatan ke sekolah agar tetap sesuai aturan. Semangat siswa tetap luar biasa,” jelas Ita yang juga asesor pembatik nasional.
Siswa menunjukkan beragam reaksi. Marwah, siswi kelas 7, merasa antusias meski belum puas dengan hasil pertamanya.
“Awalnya takut, tapi setelah coba jadi ingin membatik lagi,” ujarnya. Senada, Syaugi, siswa kelas 8, mengaku sempat meremehkan proses membatik. “Ternyata butuh kesabaran,” katanya.
Berbeda dari keduanya, Cesil Oktavia, siswi kelas 8, justru bangga dengan hasilnya.
“Saya senang, sesuai yang saya bayangkan. Kalau ada lagi, saya yakin bisa lebih baik,” ucapnya riang.
Motif yang dipilih dalam pelatihan ini adalah “Kapuk Randu”, terinspirasi dari sejarah Sukorejo sebagai sentra penghasil kapuk yang dulu banyak digunakan untuk membuat kasur, bantal, dan guling.
Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap warisan budaya, khususnya batik tulis, di kalangan pelajar dan menjaga eksistensinya di negeri sendiri. (Saf)