email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Jumat, 3 Oktober 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

Repatriasi Arsip Suara Jaap Kunst di Nias: Ketika Leluhur Pulang Melalui Rekaman

by Syaiful Arif
2 Juli 2025

JAVASATU.COM- Hampir satu abad tersimpan di Belanda, rekaman suara tradisi musik Nias yang dibuat oleh etnomusikolog Belanda Jaap Kunst pada 1930 akhirnya kembali ke pangkuan masyarakat pemiliknya di Desa Hilisimaetano, Nias Selatan.

Dr. Barbara Titus, etnomusikolog Universitas Amsterdam saat kuliah umu Suara yang pulang. (Foto: Ist)

Momen bersejarah ini menjadi bagian dari program repatriasi arsip suara yang digagas oleh Dr. Barbara Titus, etnomusikolog Universitas Amsterdam sekaligus kurator koleksi Jaap Kunst.

Dr. Barbara Titus berkunjung ke Nias sejak 25 Juni hingga 9 Juli 2025. Bersama Rani Jambak, komposer dan peneliti musik asal Medan yang kini menempuh studi doktoral di Universitas Gadjah Mada dan Universiteit van Amsterdam, mereka menyerahkan arsip suara hasil rekaman Jaap Kunst secara simbolis kepada komunitas Hilisimaetano dalam acara Kuliah Umum bertajuk “Suara yang Pulang” pada Minggu (29/6/2025).

“Pengembalian arsip ini bukan sekadar transfer data. Ini adalah pengembalian narasi, makna, dan agensi kepada masyarakat sumbernya. Rekaman ini kini bisa diakses dan dimaknai kembali oleh para pewarisnya,” ujar Dr. Barbara Titus di hadapan tokoh adat, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum.

ADVERTISEMENT

Rekaman tersebut merupakan dokumentasi audio tertua dari musik Nias yang dilakukan dengan silinder lilin. Selain suara, Jaap Kunst dan istrinya Katy Kunst van Wely juga mendokumentasikan foto, film bisu, dan catatan etnografis yang menjadi dasar buku “Music in Nias” (1939).

Menurut Barbara, proyek repatriasi ini adalah bagian dari gerakan dekolonisasi arsip dan pemikiran kritis terhadap eurosentrisme.

“Banyak pengetahuan budaya dari negara bekas jajahan yang tersimpan di institusi-institusi Eropa. Kini saatnya pengetahuan itu kembali,” imbuhnya.

BacaJuga :

“Suara yang Pulang” di Maniamölö Fest: Arsip Musik Nias 1930 Hidup Kembali

Art Camp Lengger Bicara 2025 Gaet 6 Negara, Banyumas Buka Pintu Budaya ke Dunia

Inisiatif pengembalian arsip suara ini bermula dari Doni Kristian Dachi, peneliti independen asal Nias, yang tergerak setelah membaca berita tentang repatriasi arsip di Nusa Tenggara Timur. Ia lalu menghubungi Barbara Titus dan menjalin komunikasi yang kemudian membuka jalan kolaborasi.

“Saat saya mendengar ada repatriasi arsip suara di daerah lain, saya penasaran apakah Nias juga punya. Ternyata ada, dan kami berhasil membangun komunikasi hingga program ini terwujud,” kata Doni.

Flashdisk yang menyimpan Suara Jaap Kunst di Nias. (Foto: Ist)

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Nias Selatan, Anggraeni Dachi, menyebut peristiwa ini sebagai titik balik kesadaran budaya.

“Rekaman ini adalah milik kita. Tapi pertanyaannya, setelah ini, apa yang akan kita lakukan? Menyimpannya sebagai koleksi, atau menghidupkannya kembali dalam kehidupan budaya kita?” katanya dalam sambutannya.

Barbara dan Rani juga terlibat dalam diskusi ilmiah di Universitas Nias Raya bertema “Warisan Budaya Nias Tak Benda”. Rektor Universitas Nias Raya, Dr. Martiman Suaizisiwa, menyampaikan bahwa banyak warisan budaya Nias yang justru hilang dari kesadaran masyarakat, padahal tersimpan rapi di luar negeri.

“Saat kita mencari di sini, tak ada jejaknya. Tapi saat mencarinya di Eropa, arsipnya lengkap. Ini ironi yang harus kita atasi,” katanya.

Dalam diskusi itu, Rani Jambak menyampaikan pentingnya pemajuan budaya melalui warisan suara.

“Soundscape tradisi bisa diolah menjadi karya kontemporer. Kita bisa membuat dokumentasi, melindungi hak kekayaan intelektual komunitas, dan melibatkan generasi muda untuk berkreasi dengan sumber lokal,” ujarnya.

Puncak acara Kuliah Umum adalah penyerahan flashdisk berisi rekaman hasil restorasi berbasis kecerdasan buatan oleh Barbara Titus kepada keluarga pelaku hoho yang suaranya direkam Jaap Kunst. Salah satunya adalah Rawatan Dachi, cucu dari Duada Jofu, salah satu penyanyi hoho dalam rekaman 1930.

Masyarakat Hilisimaetano membawakan kembali nyanyian hoho di halaman rumah Duada Barani, lokasi asli perekaman Jaap Kunst. (Foto: Ist)

Setelah itu, masyarakat Hilisimaetano membawakan kembali nyanyian hoho di halaman rumah Duada Barani, lokasi asli perekaman Jaap Kunst. Momen ini menjadi penghubung magis antara suara masa lalu dan suara masa kini, antara arsip dan kenyataan hidup komunitas.

Rani Jambak menyebut momen itu sebagai pengalaman emosional yang langka.

“Saya sangat tersentuh ketika mendengar rekaman Hoho lama diputar, lalu dilanjutkan oleh anak cucu mereka yang masih menyanyikannya hingga hari ini. Ini bukti bahwa tradisi tidak mati,” katanya.

Kunjungan Barbara dan Rani belum berakhir. Mereka akan melanjutkan perjalanan ke beberapa desa lain yang pernah dikunjungi Jaap Kunst, untuk memperluas jejaring dan menggali kembali warisan budaya yang terekam namun lama terpendam.

Repatriasi ini membuktikan bahwa warisan budaya tidak harus tinggal di museum. Ia harus hidup, kembali ke komunitasnya, dan menjadi bagian dari masa kini dan masa depan mereka. (Saf)

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: Desa Hilisimaetano

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

Bendera Merah Putih Robek Saat Gladi HUT ke-80 TNI di Monas, Ini Penjelasan TNI

Arca Tatasawara, Band World Music Malang Angkat Budaya Nusantara Lewat Pahatan Candi

ADVERTISEMENT

Arca Tatasawara Akan Guncang Malang Malam Ini, Usung World Music Bernuansa Budaya Nusantara

Polres Gresik Amankan 57 Botol Miras Ilegal, Termasuk Arak Bali dan Miras Impor

PT Panji Gemilang Utama Perkuat Sinergi dengan Media, Kunjungi PWI Jawa Timur

Prev Next

POPULER HARI INI

Kuratorial di Belanda Jadi Langkah Awal Pemulangan 30 Ribu Artefak Indonesia

Kapal Nelayan Albakor 01 Hilang 23 Hari di Laut Selatan, Satpolairud Malang Dirikan Posko Pencarian

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Jarot Warjito Dorong Hunian Terjangkau dan Tingkatkan Kapasitas Developer Jawa Timur

PLN Andalkan PLTA Sutami sebagai Black Start Jatim, Target Produksi 1.400 GWh 2025

BERITA LAINNYA

Bendera Merah Putih Robek Saat Gladi HUT ke-80 TNI di Monas, Ini Penjelasan TNI

PT Panji Gemilang Utama Perkuat Sinergi dengan Media, Kunjungi PWI Jawa Timur

SPPG Polri Jadi Role Model Dapur Gizi Nasional, Pengamat: Bukti Nyata Asta Cita Prabowo

PLN Journalist Awards 2025 Dibuka, Jurnalis Diajak Angkat Literasi Energi Nasional

Kuratorial di Belanda Jadi Langkah Awal Pemulangan 30 Ribu Artefak Indonesia

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Bupati Yani Janji Warga Gresik Tetap Diprioritaskan Kerja di JIIPE

Papan Ucapan Selamat untuk Budiar Jadi Sekda Kabupaten Malang Ramai Terpasang, Besoknya Raib

3.205 Atlet Taekwondo Jatim Adu Skill di Kejurprov Pelajar 2025 Malang

Bupati Malang Bantah Isu Jual Beli Jabatan dalam Pelantikan Sekda dan 16 Camat

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

%d