email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Senin, 17 November 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

Repatriasi Arsip Suara Jaap Kunst di Nias: Ketika Leluhur Pulang Melalui Rekaman

by Syaiful Arif
2 Juli 2025

JAVASATU.COM- Hampir satu abad tersimpan di Belanda, rekaman suara tradisi musik Nias yang dibuat oleh etnomusikolog Belanda Jaap Kunst pada 1930 akhirnya kembali ke pangkuan masyarakat pemiliknya di Desa Hilisimaetano, Nias Selatan.

Dr. Barbara Titus, etnomusikolog Universitas Amsterdam saat kuliah umu Suara yang pulang. (Foto: Ist)

Momen bersejarah ini menjadi bagian dari program repatriasi arsip suara yang digagas oleh Dr. Barbara Titus, etnomusikolog Universitas Amsterdam sekaligus kurator koleksi Jaap Kunst.

Dr. Barbara Titus berkunjung ke Nias sejak 25 Juni hingga 9 Juli 2025. Bersama Rani Jambak, komposer dan peneliti musik asal Medan yang kini menempuh studi doktoral di Universitas Gadjah Mada dan Universiteit van Amsterdam, mereka menyerahkan arsip suara hasil rekaman Jaap Kunst secara simbolis kepada komunitas Hilisimaetano dalam acara Kuliah Umum bertajuk “Suara yang Pulang” pada Minggu (29/6/2025).

“Pengembalian arsip ini bukan sekadar transfer data. Ini adalah pengembalian narasi, makna, dan agensi kepada masyarakat sumbernya. Rekaman ini kini bisa diakses dan dimaknai kembali oleh para pewarisnya,” ujar Dr. Barbara Titus di hadapan tokoh adat, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Rekaman tersebut merupakan dokumentasi audio tertua dari musik Nias yang dilakukan dengan silinder lilin. Selain suara, Jaap Kunst dan istrinya Katy Kunst van Wely juga mendokumentasikan foto, film bisu, dan catatan etnografis yang menjadi dasar buku “Music in Nias” (1939).

Menurut Barbara, proyek repatriasi ini adalah bagian dari gerakan dekolonisasi arsip dan pemikiran kritis terhadap eurosentrisme.

“Banyak pengetahuan budaya dari negara bekas jajahan yang tersimpan di institusi-institusi Eropa. Kini saatnya pengetahuan itu kembali,” imbuhnya.

BacaJuga :

“Suara yang Pulang” di Maniamölö Fest: Arsip Musik Nias 1930 Hidup Kembali

Art Camp Lengger Bicara 2025 Gaet 6 Negara, Banyumas Buka Pintu Budaya ke Dunia

Inisiatif pengembalian arsip suara ini bermula dari Doni Kristian Dachi, peneliti independen asal Nias, yang tergerak setelah membaca berita tentang repatriasi arsip di Nusa Tenggara Timur. Ia lalu menghubungi Barbara Titus dan menjalin komunikasi yang kemudian membuka jalan kolaborasi.

“Saat saya mendengar ada repatriasi arsip suara di daerah lain, saya penasaran apakah Nias juga punya. Ternyata ada, dan kami berhasil membangun komunikasi hingga program ini terwujud,” kata Doni.

Flashdisk yang menyimpan Suara Jaap Kunst di Nias. (Foto: Ist)

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Nias Selatan, Anggraeni Dachi, menyebut peristiwa ini sebagai titik balik kesadaran budaya.

“Rekaman ini adalah milik kita. Tapi pertanyaannya, setelah ini, apa yang akan kita lakukan? Menyimpannya sebagai koleksi, atau menghidupkannya kembali dalam kehidupan budaya kita?” katanya dalam sambutannya.

Barbara dan Rani juga terlibat dalam diskusi ilmiah di Universitas Nias Raya bertema “Warisan Budaya Nias Tak Benda”. Rektor Universitas Nias Raya, Dr. Martiman Suaizisiwa, menyampaikan bahwa banyak warisan budaya Nias yang justru hilang dari kesadaran masyarakat, padahal tersimpan rapi di luar negeri.

“Saat kita mencari di sini, tak ada jejaknya. Tapi saat mencarinya di Eropa, arsipnya lengkap. Ini ironi yang harus kita atasi,” katanya.

Dalam diskusi itu, Rani Jambak menyampaikan pentingnya pemajuan budaya melalui warisan suara.

“Soundscape tradisi bisa diolah menjadi karya kontemporer. Kita bisa membuat dokumentasi, melindungi hak kekayaan intelektual komunitas, dan melibatkan generasi muda untuk berkreasi dengan sumber lokal,” ujarnya.

Puncak acara Kuliah Umum adalah penyerahan flashdisk berisi rekaman hasil restorasi berbasis kecerdasan buatan oleh Barbara Titus kepada keluarga pelaku hoho yang suaranya direkam Jaap Kunst. Salah satunya adalah Rawatan Dachi, cucu dari Duada Jofu, salah satu penyanyi hoho dalam rekaman 1930.

Masyarakat Hilisimaetano membawakan kembali nyanyian hoho di halaman rumah Duada Barani, lokasi asli perekaman Jaap Kunst. (Foto: Ist)

Setelah itu, masyarakat Hilisimaetano membawakan kembali nyanyian hoho di halaman rumah Duada Barani, lokasi asli perekaman Jaap Kunst. Momen ini menjadi penghubung magis antara suara masa lalu dan suara masa kini, antara arsip dan kenyataan hidup komunitas.

Rani Jambak menyebut momen itu sebagai pengalaman emosional yang langka.

“Saya sangat tersentuh ketika mendengar rekaman Hoho lama diputar, lalu dilanjutkan oleh anak cucu mereka yang masih menyanyikannya hingga hari ini. Ini bukti bahwa tradisi tidak mati,” katanya.

Kunjungan Barbara dan Rani belum berakhir. Mereka akan melanjutkan perjalanan ke beberapa desa lain yang pernah dikunjungi Jaap Kunst, untuk memperluas jejaring dan menggali kembali warisan budaya yang terekam namun lama terpendam.

Repatriasi ini membuktikan bahwa warisan budaya tidak harus tinggal di museum. Ia harus hidup, kembali ke komunitasnya, dan menjadi bagian dari masa kini dan masa depan mereka. (Saf)

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: Desa Hilisimaetano

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

Enviro Fair 2025, Bangkitkan Kepedulian Lingkungan Hidup Kabupaten Malang

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Dikukuhkan sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir

ADVERTISEMENT

Presiden Prabowo Luncurkan Program Digitalisasi Pembelajaran

Skema BOSDA Gresik Ditata Ulang, Pemkab Pastikan Penyaluran Lebih Tepat Sasaran

Cegah Kecelakaan Bus, Polres Malang Perketat Ramp Check Operasi Zebra 2025

Prev Next

POPULER HARI INI

Operasi Zebra 2025 Dimulai 17 November, Pengamat Puji Fokus Humanis Kakorlantas Polri dan Penertiban Balap Liar

HAPI Segera Layani Bantuan Hukum untuk Warga di Lima Kecamatan Kota Malang

Operasi Zebra Semeru Polres Malang Dimulai, Siapkan ETLE hingga Tilang Manual

Dari Kanjuruhan ke Agroindustri, Jejak Pengabdian Lusiani Ferelia yang Tak Pernah Diam

Operasi Zebra Semeru 2025 Dimulai, Polresta Malang Kota Tingkatkan Keselamatan Berlalu Lintas

BERITA LAINNYA

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Dikukuhkan sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir

Presiden Prabowo Luncurkan Program Digitalisasi Pembelajaran

Siswa Sekolah Angkasa Yasarini Lanud Sultan Hasanuddin Lolos Final AEF 2025

Operasi Zebra 2025 Dimulai 17 November, Pengamat Puji Fokus Humanis Kakorlantas Polri dan Penertiban Balap Liar

Workshop Literasi Keuangan Perkuat Serikat Pekerja Kawal Transparansi Perusahaan

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Dari Kanjuruhan ke Agroindustri, Jejak Pengabdian Lusiani Ferelia yang Tak Pernah Diam

OPINI: Pahlawan Dulu Melawan Penjajahan, Pahlawan Kini Melawan Keadaan

Operasi Zebra 2025 Dimulai 17 November, Pengamat Puji Fokus Humanis Kakorlantas Polri dan Penertiban Balap Liar

12 Tahun Pesona Gondanglegi, dari Karnaval Jadi Ikon Budaya

Konflik Kepemilikan SMK Turen Malang, Dua Yayasan Bertemu di Mapolsek Cari Solusi

  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

%d