JAVASATU.COM- Penyair Anto Narasoma telah melewati perjalanan panjang dalam kariernya di dunia seni dan tulis menulis. Anto Narasoma, yang terkenal dengan karya-karya puisi dan cerita pendeknya, telah mencapai berbagai prestasi sepanjang hidupnya.
Pada September 1975, Anto Narasoma meraih pengakuan awal ketika cerpen berjudul “Airmata Ibuku” dimuat di majalah anak-anak Si Kuntjung. Karya ini mendapatkan penghargaan sebesar Rp 125 ribu. Tidak lama kemudian, pada edisi bulan berikutnya, Anto Narasoma juga berhasil mempublikasikan puisi-puisinya yang berjudul “Miskin” dan “Sepatu Bolong” di majalah yang sama.
Pada tahun 1976, Anto Narasoma bergabung dengan Sanggar Seni Kenari Putih di bawah asuhan Chaidir Tandjung. Di sini, ia diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam sandiwara televisi (sinetron) berjudul “Rambun Pamenan” yang ditayangkan di TVRI Stasiun Palembang. Anto Narasoma berperan sebagai Sutan Muda, mendampingi peran utama yang dimainkan oleh Guswan Marsoni. Kolaborasi ini terjadi pada pertengahan April 1976.
Tidak berhenti di situ, pada Februari 1977, Anto Narasoma terlibat dalam penggarapan cerita Minang “Datuak Bulu Basi” bersama Sanggar Kenari Putih di TVRI Stasiun Palembang. Pada bulan Desember tahun yang sama, Anto Narasoma menciptakan antologi puisi tunggal dengan judul “Bias-bias Hidup” dalam bentuk manuskrip.
Selanjutnya, pada tahun yang sama, Anto Narasoma bergabung dengan Teater Kridayana bersama Anwar Putra Bayu dan Suharno Manaf BA. Selama setahun, Anto Narasoma mendalami dunia teater dan terus mengembangkan kemampuan menulisnya. Pada tahun 1978, bersama dengan Anwar Putra Bayu, Wahid Chantoro, Yan Romain, Harris Mono Chinnamon, dan Eko D. Putra, mereka membentuk Teater SAS (Sabda Angin Selatan). Pada tahun 1981, mereka mempertunjukkan pementasan “Dokter Gadungan (Sgenerelle)” karya Mollier di Taman Budaya Sriwijaya.
Anto Narasoma terus menorehkan prestasi dalam dunia teater. Pada tahun 1985, ia memerankan lakon “Raden Fatah” karya Robin Surawidjaja di pelataran Museum Sultan Machmud Badaruddin II. Pada tahun 1986, bersama dengan Teater Potlot, Anto Narasoma berperan sebagai walikota dalam lakon “Wong-Wong” karya Anwar Putra Bayu dalam festival yang diselenggarakan oleh Badan Koordinasi Teater Sumatera Selatan (BKTS) di Lubuk Linggau. Pada tahun 1988, ia menjadi penata musik teater dalam pementasan “Jaka Tarub” di Auditorium RRI Palembang.
Setelah bekerja sebagai wartawan sejak tahun 1997, Anto Narasoma beralih fokus ke dunia tulis menulis. Dia telah mempublikasikan karya-karyanya dalam berbagai media lokal dan ibukota, termasuk cerpen, esai sastra, dan puisi. Selain itu, Anto Narasoma juga menjadi pembicara, juri puisi, dan terlibat dalam musikalisasi puisi di berbagai acara seni dan sastra, seperti di Balai Bahasa Palembang, Dinas Pendidikan Nasional Sumsel, sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi.
Hingga saat ini, Anto Narasoma masih aktif menyelesaikan beberapa karya, termasuk novel dan kumpulan puisi, serta memiliki sekitar 450 puisi dan 20 cerita pendek yang belum dipublikasikan.
Dengan perjalanan panjangnya dalam dunia seni dan tulis menulis, Anto Narasoma terus menginspirasi dan memberikan kontribusi dalam pengembangan seni dan sastra, menjadi salah satu tokoh penting di bidangnya. (Saf)
Terus bergerak
Selamat Succesfull Sedulur SatuPena SatuHati SatuJiwa SatuRasa KOMPAK KEBERSAMAAN sepanjang masa Succesfull Sedulur