JAVASATU.COM- Dalam melaksanakan ibadah salat wajib sehari-hari, mayoritas umat Islam Indonesia tampaknya lebih banyak mengikuti jadwal salat yang ditentukan lewat metode hisab. Hal itu dikatakan Dr.Satrio Arismunandar, doktor filsafat dari FIB Universitas Indonesia (UI) di Jakarta, Jumat (21/4/2023).
Satrio Arismunandar menuturkan, dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan bulan terhadap bumi. Posisi Matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat.
“Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal, sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah,” ujar Satrio Arismunandar.
Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idulfitri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Iduladha (10 Dzulhijjah).
Satrio menyatakan, dia bukan ahli astronomi dan tak ingin berdebat tentang teknis penentuan 1 Syawal, yang sering jadi bahasan tiap tahun. Yakni, antara metode hisab dan metode rukyat.
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.
“Terlepas dari perdebatan soal dua metode itu, sebetulnya mayoritas umat Islam Indonesia tampaknya –dalam konteks praktik ibadah sehari-hari—sudah percaya penuh pada metode hisab, sampai ke hitungan menitnya,” tegas Satrio.
Satrio menunjukkan, setiap mau mengumandangkan azan di masjid, para muazin biasanya langsung melihat jadwal salat yang sudah ada, sampai ke jam dan menitnya.
“Mereka tidak repot-repot melihat posisi matahari, apakah tepat di atas kepala, atau sudah terbenam,” lanjutnya.
“Bahkan dalam memastikan masuknya saat imsak, salat subuh, dan salat maghrib, yang berkaitan dengan waktu sahur dan berbuka puasa di bulan Ramadan, bisa dibilang semua umat Islam di Indonesia percaya penuh pada jadwal yang ditentukan berdasarkan hisab,” tutur Satrio.
Apalagi dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak yang praktis penggunaanya juga telah ada.
“Berarti umat Islam percaya pada hasil perhitungan sains dan teknologi, dalam melaksanakan ibadah mereka,” kata Satrio. (*)