JAVASATU.COM-MALANG- Dalam momen bulan Syawal, LAZIS Sabilillah menggelar Halalbihalal pada Minggu (7/5/2023) pagi di Rumah Yatim Sabilillah, Tunjungsekar, Malang. Acara tersebut dihadiri oleh Prof. H. M. Mas’ud Said, P.hD Ketua Yayasan Bidang Sosial Kemasyarakatan Sabilillah Malang. Dalam kesempatan itu, Prof Mas’ud menyampaikan ada tujuh tingkatan atau pilar penting dalam membangun Sabilillah.

Level pertama ialah para pendiri Sabilillah, muassis Sabilillah. Diantaranya adalah KH Maskur sebagai komandan perjuangan laskar Sabilillah tahun 1945 sekaligus Pahlawan Nasional. Di sisi lain, ada Prof. Dr KH Mohammadh Tolchah Hasan, Kiai Hamid dan tim pendiri yang ada dalam prasasti pendiri Masjid Sabilillah.
“Beliau-beliau adalah para pendahulu yang patut kita contoh terutama dalam keikhlasannya dalam mengabdi di Sabilillah. Meski tidak ada jabatan di dunia beliau mampu mendirikan masjid semegah itu”, tutur Direktur Pascasarjana UNISMA tersebut.
Level kedua, lanjutnya, ialah mereka yang meneruskan tonggak kepimpinan para pendiri. Sebagaimana saat ini di isi oleh tokoh sentral di kota Malang, diantaranya adalah Prof. Rofiudin, Prof Ibrahim Bafadhal, Almaghfurlah Kiai Masud Ali, Kiai Anas Bashori, Ishom Ichsan dan semua yang sekarang menjadi penerusnya.
“Mereka adalah penerus kepemimpinan Sabilillah yang hidupnya sebagian dihabiskan untuk mengurusi umat melalui yayasan Sabilillah sesuai dengan bidangnya masing-masing,” imbuhnya.
Sementara itu, di level ketiga adalah mereka yang menjadi pengurus harian di masjid Sabilillah. Seperti hal nya pengurus bidang satu yang dalam hal ini mengurusi peribadatan seperti karyawan masjid, marbot, tukang kebun, tukang parkir dan sebagainya. Di sisi lain juga ada para guru, asatidz-asatidzah TK hingga SMA yang setiap hari mengajarkan ilmu serta nilai-nilai kebaikan di Sekolah Sabilillah.
“Seperti halnya kita yang mengurusi bidang sosial. Baik di LAZIS Sabilillah, Klinik Sabilillah. Kita ini menjadi generasi ketiga yang turut andil dalam meneruskan estafet perjuangan pendiri,” tuturnya.
Di level keempat adalah anak-anak muda yang sedang meneruskan titah perjuangan Sabilillah. Seperti halnya volunteer LAZIS Sabilillah dan Santri Rumah Yatim Produktif Sabilillah. Mereka adalah para milenial yang dididik untuk berkecimpung di dunia sosial.
“Jangan ada kekhawatiran, asalkan kita ini sungguh-sungguh, bekerja dengan baik dan bekerja dengan ikhlas maka akan menjadi sesuatu yang cukup untuk bekal hidup di dunia dan di akhirat,” paparnya.
Level kelima diisi oleh komunitas dalam lingkar Sabilillah. Atau istilahnya Sabilillah Community, seperti forum TPQ forum Musala yang menaungi 43 TPQ di kota Malang. Forum imam Musala yang terdiri dari pengurus dan marbot musala beranggotakan 45 anggota. Serta, Juru Sembelih Halal (JULEHA) Sabilillah sebagai tenaga professional penyembelihan hewan kurban.
Di level keenam adalah para mustahiq atau penerima manfaat dari program LAZIS Sabilillah. Seperti 182 anak yatim duafa, 25 lansia duafa, penerima 34 bedah rumah dan sebagainya.
“Mereka adalah salah satu unsur penting di LAZIS Sabilillah sebagai tumpuhan amanah lembaga kita, masyarakat Sabilillah inilah yang kita angkat dan kita sanggah hidupnya” ucap ketua ISNU tersebut.
Yang terakhir adalah yang ketujuh para muzakki, donatur dan para petinggi yang telah mempercayai LAZIS Sabilillah sebagai tempat menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS). Menurutnya, mereka adalah komponen paling penting di LAZIS Sabilillah. Sebab, donatur merupakan unsur jalan tidaknya roda lembaga ini.
Juga, lanjutnya, memiliki networking para pejabat Bupati, Wali kota, Gubernur, para tokoh, para pimpinan lembaga Baznas, lembaga profesional yang terhubung dengan Sabilillah.
“Diantara level ke tujuh itu ialah, masyarakat aghniya’, kepala pemerintahan, pemimpin perusahaan yang tentu kita harus mampu merawat kepercayaannya melalui kinerja profesionalisme,” imbuhnya.
Ketujuh level itu adalah elemen-elemen penting dari Sabilillah yang tidak bisa dilepaskan satu dengan lainnya, membentuk sub sistem dan ekosistem yang kuat dan erat. Prof Mas’ud berpesan untuk tetap sungguh-sungguh dalam melanjutkan perjuangan Sabilillah.
“Untuk itu, kita harus sungguh-sungguh merawat nilai yang sudah dibangun oleh pendiri. Seperti halnya nilai kedisiplinan, professional, keihklasan dalam berjuang. Sebab, hal itu yang membuat kita nanti dapat keberkahan dan bisa berkumpul bersama para muasis dan kiai di surganya nanti,” tutupnya.

Di lain hal, agenda tersebut dihadiri oleh puluhan peserta terdiri dari pengurus LAZIS Sabilillah, perwakilan dari FORTYS atau Forum TPQ Sabilillah, Forum Musala, anggota JULEHA, para Volunteer serta santri Rumah Yatim Sabilillah. Acara diawali dengan pembacaan Rotibul Hadad dan diakhiri dengan saling bersalam-salaman saling memaafkan satu sama lain sebagai tanda Halalbihalal. (Dop/Nuh)