JAVASATU.COM- Di antara tawa riang dan sorak gembira anak-anak di kawasan Wuffyspace Sawojajar, Sabtu (18/10/2025), suasana pagi itu terasa hangat dan akrab. Tak seperti acara pemerintahan pada umumnya, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat justru duduk lesehan di depan puluhan anak, memegang mikrofon kecil, lalu mulai mendongeng.

“Dahulu, di sebuah hutan riang, hiduplah Mimi si monyet cerdas dan Roro si singa pemberani,” katanya dengan suara berintonasi lembut namun penuh ekspresi. Anak-anak pun spontan menirukan suara binatang, menertawakan bagian lucu, dan terdiam ketika alur cerita mulai menyentuh.
Kisah sederhana berjudul “Mimi dan Roro di Hutan Riang” itu ternyata membawa pesan mendalam: tentang perbedaan, empati, dan pentingnya bekerja sama. Dua sahabat berbeda karakter belajar memahami satu sama lain, hingga menyadari bahwa perbedaan bukan alasan untuk menjauh, melainkan kekuatan yang menyatukan.
“Setiap anak punya keunikan masing-masing. Dari Mimi dan Roro, kita belajar untuk saling menghargai,” ucap Pak Mbois sapaan akrab Wali Kota Malang di sela dongengnya.
Tak tampak jarak antara seorang wali kota dengan anak-anak yang duduk di depannya; hanya ada suasana kekeluargaan yang tulus dan hangat.
Acara Semarak Setahun Wuffyspace memang dirancang untuk menjadi ruang bermain sekaligus belajar.
Selain sesi dongeng, anak-anak juga mengikuti cooking class, pertunjukan sulap, lomba kreativitas, hingga aneka permainan edukatif. Semua dirangkai dalam konsep ramah anak yang mendorong eksplorasi, kebersamaan, dan keceriaan.
Wuffyspace sendiri dikenal sebagai ruang interaktif bagi anak dan keluarga di kawasan Sawojajar, tempat bermain yang mengedepankan edukasi.
Di sinilah pemerintah bersama masyarakat ingin menanamkan nilai-nilai moral sejak dini, bukan lewat ceramah, tapi lewat pengalaman yang menyenangkan.
“Belajar sambil bermain adalah pendekatan efektif untuk mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, dan emosional anak,” kata Pak Mbois. “Dengan cara seperti ini, anak-anak belajar jujur, berani, dan saling menghargai tanpa merasa digurui.”
Bagi Hanik Andriani Wahyu Hidayat, istri Wali Kota yang turut hadir, kegiatan seperti ini menjadi wadah yang istimewa.
“Storytelling seperti ini bukan sekadar hiburan, tapi cara membangun karakter anak dengan bahasa yang menyentuh hati,” tuturnya.
Hari itu, Mimi dan Roro bukan sekadar tokoh dongeng. Mereka menjadi simbol bagaimana nilai toleransi dan empati bisa tumbuh dari sebuah cerita sederhana, yakni diceritakan langsung oleh pemimpin kota yang ingin membangun masa depan warganya sejak usia dini. (arf)