JAVASATU.COM- Tim Difabel Pecinta Alam (Difpala) berhasil menuntaskan pendakian tiga puncak gunung dalam misi Difpala Seven Summits II di kawasan Tahura Raden Soerjo, Jawa Timur. Pendakian ini berlangsung selama tiga hari, 26–28 Oktober 2025, dengan mengusung kampanye pengurangan risiko bencana yang inklusif.

Tiga puncak yang berhasil ditaklukkan adalah Gunung Kembar I (3.058 mdpl), Gunung Kembar II (3.126 mdpl), dan Gunung Welirang (3.165 mdpl). Misi ini merupakan bagian dari kerja sama Komisi Nasional Disabilitas (KND) dan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) untuk menunjukkan peran aktif penyandang disabilitas dalam pelestarian alam dan kesiapsiagaan bencana.
Pendakian Inklusif untuk Kampanye Kebencanaan
Anggota tim Difpala Seven Summits II terdiri dari tujuh pendaki terlatih, baik disabilitas maupun non-disabilitas. Di antaranya Sumiati (disabilitas pendengaran), Immanuel Arya (disabilitas netra), serta beberapa pendamping seperti Ken Kerta (Founder LINKSOS) dan Cakrahayu Arnavaning Gusti (Koordinator Pusdiklat Difpala).
“Khusus pendakian kali ini, kami ingin mengkampanyekan pentingnya pengurangan risiko bencana yang inklusif serta memperkenalkan Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD PB) Kabupaten Malang,” ujar Kikin Tarigan, Komisioner KND.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Misi pendakian ini mendapat dukungan dari sejumlah lembaga seperti BPBD Kabupaten Malang, BMH Malang, KADE Outdoor, Malang Creative Center (MCC), serta pendaki senior Asmujiono, penakluk Gunung Everest. Dukungan meliputi logistik, transportasi, serta pembinaan dan moral.
“Setiap pendaki tetap mandiri, tapi kolaborasi lintas sektor menjadi bukti keberhasilan kampanye inklusif,” terang Ken Kerta, yang juga menjabat Koordinator ULD PB Kabupaten Malang.
Cuaca Ekstrem dan Tantangan di Lapangan
Cuaca ekstrem menjadi tantangan tersendiri. Rencana mendaki Gunung Arjuno (3.339 mdpl) urung dilakukan demi keselamatan tim.
“Keselamatan adalah prioritas utama. Tujuan kami bukan hanya menaklukkan puncak, tapi juga pulang dengan selamat,” tegas Cakrahayu Arnavaning Gusti.
Immanuel Arya, pendaki tunanetra, menuturkan pengalamannya menghadapi kerusakan peralatan saat mendaki.
“Sepatu dan tongkat saya rusak, tapi kekompakan tim membuat semua hambatan bisa teratasi,” ujarnya.
Pendakian Aman dan Bertanggung Jawab
Konsep Difpala Seven Summits lahir dari perubahan istilah Disability Seven Summits agar hanya anggota Difpala terlatih yang ikut serta dalam pendakian. “Kami ingin memastikan pendakian dilakukan dengan aman dan bertanggung jawab,” jelas Ken Kerta.
Misi Difpala Seven Summits II kali ini menyoroti isu kebencanaan, sementara pendakian sebelumnya lebih berfokus pada kampanye hak-hak disabilitas.
Difpala berencana melanjutkan Seven Summits III pada pertengahan 2026, masih di wilayah Jawa Timur, kecuali ada sponsor yang memungkinkan ekspedisi ke luar provinsi.
“Peserta akan diseleksi ketat berdasarkan kesiapan fisik, mental, dan logistik. Prioritas bagi difabel yang belum memiliki akses pendakian,” pungkas Ken Kerta. (nuh)