JAVASATU.COM- Kota Bogor menjadi pusat pertemuan puluhan duta besar negara Asia–Afrika dalam gelaran The Ambassador Summit 2025 yang berlangsung selama tiga hari, Jumat–Minggu (21–23/11/2025).

Agenda internasional ini digagas National Youth Council (NYC) Indonesia bersama Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Non-Aligned Movement Youth Organization (NAMYO) sebagai bagian dari Road to Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-71 tahun 2026.
Pertemuan ini menempatkan Bogor sebagai titik penting diplomasi pemuda dan penguatan jejaring negara-negara selatan, sekaligus memperingati 70 tahun Konferensi Asia Afrika.
Presiden NYC Indonesia, Tantan Taufik Lubis, menyebut Bogor memiliki nilai historis yang menjadikannya relevan sebagai tuan rumah forum internasional ini.
“Bogor punya akar sejarah yang kuat dalam lahirnya semangat Asia–Afrika. Pertemuan para duta besar di kota ini menjadi momentum membangun kembali diplomasi pemuda dan kolaborasi ekonomi lintas negara,” kata Tantan, Minggu (23/11/2025).
Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, menegaskan kegiatan ini menghidupkan kembali peran Bogor dalam proses lahirnya KAA.
“Sebelum KAA Bandung, ada Konferensi Bogor tahun 1954 yang menjadi fondasi KAA 1955. Sekarang semangat itu kembali dibangkitkan melalui forum internasional di Bogor,” ujarnya.
Dari Pemprov Jawa Barat, Kepala Biro Pemerintahan dan Otda Jabar, Muhammad Faiz, menilai forum ini memperkuat posisi Jabar dalam jejaring ekonomi Asia–Afrika.
“The Ambassador Summit dapat menjadi instrumen penting untuk menggali potensi ekonomi Jawa Barat dan memperkuat perdagangan internasional dengan negara-negara Asia–Afrika,” ujarnya.
Para duta besar yang hadir juga menyoroti relevansi nilai-nilai KAA di tengah dinamika global. Duta Besar Mozambique untuk Indonesia, Belmiro Jose Malate, menilai tantangan kolonialisme modern masih terasa.
“Kolonialisme mungkin sudah tiada, tetapi imperialisme masih ada. Kita harus terus membangun ekonomi dan memberdayakan generasi muda,” tegasnya.
Duta Besar Turki, Prof Talip Kucukcan, menekankan pentingnya kerja sama Selatan–Selatan.
“Kerja sama selatan–selatan mengarah pada kesejahteraan umat dan dunia. Semangat pendiri KAA harus dijaga,” ujarnya.
Konsuler Politik Kedubes India, Vikram Vardhan, mengingatkan bahwa semangat Bandung telah mendorong banyak bangsa meraih kemerdekaan.
“Setelah Konferensi Bandung, banyak negara Asia–Afrika mendapatkan kemerdekaan. Semangat itu tetap penting hingga hari ini,” tuturnya.
Anggota DPR RI, Prof Rokhmin Dahuri, menyoroti masih besarnya ketidakadilan global.
“KAA tetap relevan menghadapi standar ganda negara maju, kelaparan, dan kemiskinan. Kolaborasi lintas negara sangat dibutuhkan,” katanya.
Sementara itu, Duta Besar Ethiopia, Prof Fekadu Beyene Aleka, menegaskan bahwa nilai-nilai KAA harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
“Spirit KAA jangan hanya jadi jargon. Harus diimplementasikan demi keadilan ekonomi, kesejahteraan, dan perdamaian dunia,” pungkasnya. (saf)