JAVASATU.COM-GRESIK- Wakil Bupati (Wabup) Gresik Aminatun Habibah menyebut tradisi Sanggring atau Kolak Ayam merupakan warisan semangat syiar islam yang harus tetap dilestarikan.
Hal ini disampaikan Wabup Gresik yang akrab disapa Bu Min didampingi Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Abu Hasan, saat menghadiri Semarak Sanggring ke-498 di Desa Gumeno Kecamatan Manyar, Kamis (13/4/2023).
“Tradisi Sanggring kolak ayam tak lepas dari kisah Sunan Dalem, putra kedua Sunan Giri yang membangun masjid di Desa Gumeno sebagai upaya syiar Islam. Setelah tidak lama masjid yang dibangun berdiri, Kanjeng Sunan Dalem malah jatuh sakit,” kata Bu Min.
Atas sakit yang dialami, lanjut Bu Min, Sunan Dalem kemudian selalu mengonsumsi jinten dan berbagai macam campuran rempah lain yang dipadukan dengan daging ayam.
“Menurut cerita, resep tersebut diberikan langsung oleh Sunan Giri melalui mimpi yang terus dipakai sampai sekarang dan dilestarikan menjadi tradisi Sanggring kolak ayam oleh warga Desa Gumeno,” ungkap Bu Min.
Wakil Bupati perempuan pertama Gresik juga mengapresiasi, peran kaum laki-laki dalam tradisi ini yang mengambil peran dalam memasak hingga penyajian. Ini menunjukkan tradisi semangat syiar islam Sunan Dalem yang turun temurun hingga saat ini.
“Kita harus senantiasa mengingat jasa-jasa beliau. Dimana dalam perjalanan syiar Islam membangun masjid di sini hingga sakit kemudian sembuh dengan mengkonsumsi kolak ayam atau yang disebut Sanggring,” tandasnya.
Di tempat sama, Kepala Desa Gumeno, Hasan Fathoni menambahkan, kolak ayam (Sanggring) merupakan sejarah yang harus dilestarikan bersama. Kepatuhan kepada (Sunan Dalem, maka warga Desa Gumeno selalu melanjutkan tradisi tersebut setiap hari ke 22 atau malam 23 bulan Ramadan.
“Ada 5 ramuan dalam pembuatan kolak ayam tersebut, diantaranya gula merah, jinten, daun bawang, kelapa dan ayam. Tahun ini panitia menyiapkan 220 ekor ayam kemudian dimasak menjadi 2.700 porsi,” singkatnya.
Kegiatan ini turut dihadiri Forkopimcam Manyar, Cak dan Yuk Gresik, Gus dan Yuk Mojokerto, Yak dan Yuk Lamongan, Kacong dan Jebbing Madura Cak dan Ning Surabaya serta KH Ali Murtadho asal Bungah. (Bas/Nuh)