JAVASATU.COM-SURABAYA- Fenomena pantai yang dipenuhi sampah plastik akibat air laut surut menjadi sorotan dalam kegiatan Clean Up yang diadakan oleh Trash Control Community (TCC) di pesisir pantai utara Surabaya. Peneliti dari Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) turut serta dalam aksi ini dengan melakukan audit sampah di Pantai Kenjeran. Hasilnya mengungkapkan bahwa kemasan plastik, terutama dari produk Wings, mendominasi tumpukan sampah yang ditemukan di area tersebut.
Dhito Maulana, S.Pi., peneliti plastik dari BRUIN, menjelaskan bahwa sampah plastik makanan, minuman, dan produk kebersihan rumah tangga tersebar luas di celah-celah batu dan terkubur dalam pasir pantai.
“Kami mengumpulkan dan mengidentifikasi karakteristik sampah dari berbagai produsen lokal maupun multinasional seperti Wings, Indofood, Unilever, Santos Jaya Abadi, dan Mayora. Wings mendominasi sampah plastik dengan persentase mencapai 21,76%,” ujarnya pada Senin (14/10/2024) melalui siaran persnya.
Peneliti mangrove dan biota air, Reza Mudawam, S.Pi., menyoroti dampak jangka panjang polusi plastik terhadap ekosistem laut dan risiko kontaminasi mikroplastik pada hasil tangkapan nelayan.
“Jika kondisi ini dibiarkan, tidak hanya merusak estetika kawasan wisata, tetapi juga membahayakan kesehatan masyarakat akibat konsumsi ikan yang tercemar mikroplastik dan senyawa berbahaya,” kata Reza.
Hasil Audit: Produsen Plastik Abaikan Aturan Lingkungan
Audit yang dilakukan selama lebih dari tiga jam menghasilkan identifikasi 510 sampah plastik. Wings tercatat sebagai produsen dengan kontribusi sampah terbesar (21,76%), diikuti oleh Indofood (6,47%), Santos Jaya Abadi (6,27%), dan Unilever (6,08%). Temuan ini menunjukkan bahwa produsen belum menjalankan tanggung jawab dalam mengurangi sampah plastik, sesuai dengan amanat Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Pengurangan Sampah oleh Produsen.
Muhammad Kholid Basyaiban, S.H., Koordinator Sensus Sampah Plastik BRUIN, menekankan bahwa tanpa desain kemasan ramah lingkungan dan sistem distribusi berbasis guna ulang, target pengurangan sampah plastik sebesar 30% pada 2029 sulit tercapai.
Dampak Mikroplastik: Ancaman Kesehatan dan Ekosistem
Penelitian yang dikutip dari Jurnal Ilmiah Program Magister Kesmas Universitas Airlangga menyebutkan, sampah plastik di laut yang terurai menjadi mikroplastik menimbulkan risiko kontaminasi pada biota laut, manusia, dan lingkungan. Mikroplastik telah ditemukan dalam tubuh manusia, termasuk dalam organ janin. Ini memicu potensi penyakit kronis seperti kanker dan gangguan hormonal.
Rafika Aprilianti, Kepala Lab ECOTON, menegaskan pentingnya penanganan masalah mikroplastik sebagai isu prioritas dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
“Mikroplastik harus segera ditangani karena dampaknya luas terhadap ekosistem laut dan kesehatan manusia,” jelasnya.
Dengan kondisi yang semakin memprihatinkan, dibutuhkan aksi nyata dari masyarakat, produsen, serta penegakan hukum untuk mengatasi masalah ini. (Sir/Saf)