JAVASATU.COM- Ribuan warga Gunungkidul yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Gunungkidul (IKG) memadati CBD Ciledug Family Mall, Tangerang, dalam gelaran Grebeg 1 Suro 2025, Kamis (26/6/2025).

Acara sakral tahunan ini menjadi simbol rasa syukur, pelestarian budaya Jawa, dan perwujudan nilai-nilai religius di tengah kehidupan diaspora Gunungkidul di Jabodetabek.
Mengusung semangat gotong royong dan guyub rukun, Grebeg Suro tahun ini diramaikan oleh lebih dari 1.000 peserta.
Rangkaian kegiatan meliputi bazar UMKM dengan 50 stan produk dan kuliner khas Gunungkidul, santunan sosial, kirab budaya, hingga pagelaran wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Gilang Thomas Kumoro yang membawakan lakon Semar Boyong.
Ketua Umum IKG, Drs. Eddy Sukirman, MM., menekankan bahwa Grebeg Suro bukan sekadar tradisi, tetapi juga momentum spiritual dan budaya untuk memperkuat nilai-nilai persatuan dan ketahanan warga perantauan.
“Momen 1 Suro ini menjadi spirit kita untuk lebih tawakal, menjaga adab, dan tetap berbuat baik. Kami ingin IKG menjadi ruang kolaborasi dan kemajuan bagi Gunungkidul dari tanah rantau,” ujarnya.
Suyanto, Ketua Panitia yang juga Ketua 5 IKG bidang UMKM, menyebut acara ini turut didukung banyak pihak, termasuk Badan Penghubung Daerah (Banhubda) DIY, Pemerintah Kota Tangerang, Dinas Pariwisata, serta 18 Kapanewon IKG dan 8 Korwil Jabodetabek.
“Semangat Grebeg Suro adalah simbol kebersamaan dan doa bersama untuk keselamatan. Lakon Semar Boyong dalam pertunjukan wayang kali ini mengajak kita merefleksikan pentingnya kebijaksanaan dan persatuan dalam menghadapi krisis,” jelasnya.
Dalam acara ini, IKG juga memberikan penghargaan kepada sejumlah Kapanewon dan Koordinator Wilayah atas kontribusi mereka dalam menjaga kekompakan, di antaranya IKG Semin, Rongkop, Nglipar, dan Korwil Tangerang Kota.
Kepala Banhubda DIY, Nugroho Ningsih, mewakili Pj Sekda DIY Aria Nugrahadi, menyampaikan apresiasi atas konsistensi IKG dalam merawat tradisi.
Ia menyebut Grebeg Suro sebagai ruang refleksi spiritual yang penting, serta bentuk nyata menjaga budaya di tengah dinamika perantauan.
“Tradisi ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan juga bentuk kecintaan pada nilai-nilai luhur Jawa dan semangat membangun tanah kelahiran dari rantau,” tegasnya.
Humas IKG, Tarsih Ekaputra, menambahkan bahwa Grebeg Suro adalah momentum memperkuat harmoni dengan alam, sesama, dan nilai-nilai leluhur.
“Kegiatan ini membuktikan bahwa kekuatan IKG terletak pada kebersamaan yang tulus. Lewat Grebeg Suro, kita merawat budaya sekaligus merawat Indonesia,” pungkasnya. (Nuh)