JAVASATU.COM- Suasana berbeda tampak di Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Senin (8/9/2025) siang. Bukan sekadar ruang tahanan, lapas ini kini memiliki kafe bergaya modern bernama “Selena D’Lapang”, yang dikelola langsung oleh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

Kafe yang diresmikan oleh Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Jawa Timur ini menjadi sarana baru bagi WBP untuk mengasah keterampilan, khususnya di bidang kuliner dan manajemen usaha. Harapannya, mereka bisa kembali ke masyarakat dengan bekal kemandirian ekonomi.
Kesempatan Kedua bagi WBP
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) Jawa Timur, Kadiyono, menegaskan bahwa kafe ini bukan sekadar tempat pelatihan, tetapi simbol pemberdayaan.
“Kami ingin WBP memiliki keterampilan yang bisa langsung digunakan setelah bebas. Mereka bisa membuka usaha sendiri, bekerja, dan mandiri. Ini bagian dari reintegrasi sosial,” ujarnya.
Kegiatan peresmian diawali dengan pemotongan pita, penandatanganan prasasti, dan pengenalan menu hasil karya WBP.
Produk yang disajikan mulai dari aneka minuman segar, kue, hingga olahan khas kreasi para warga binaan.
Didukung Banyak Pihak
Peresmian kafe ini juga dihadiri perwakilan Yayasan Satukanal Creative Network serta praktisi hukum Bagus Rio Biantoro, S.H., yang menyatakan dukungannya terhadap program pembinaan berbasis UMKM di lapas.
“Program ini sangat positif. WBP tidak hanya dibina, tapi juga diberi jalan agar bisa berdaya dan produktif,” katanya.
WBP Belajar Jadi Pengusaha
Sebanyak 20 WBP yang tergabung dalam pelatihan kemandirian akan terlibat langsung dalam pengelolaan kafe ini. Mereka dilatih mulai dari manajemen produksi, pelayanan pelanggan, hingga pemasaran sederhana.
Kepala Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Yunengsih menegaskan, program ini merupakan bagian dari pengembangan UMKM di lingkungan pemasyarakatan sekaligus cara untuk menghapus stigma negatif terhadap mantan narapidana.
Harapan Baru untuk Masa Depan
Dengan adanya Kafe Selena D’Lapang, Yunengsih berharap bisa melahirkan WBP yang terampil dan berjiwa wirausaha. Mereka diharapkan siap kembali ke masyarakat tanpa rasa minder dan mampu berdiri di atas kaki sendiri.
“Ini bukan sekadar pelatihan, tapi peluang untuk masa depan. Kami ingin saat bebas nanti, mereka tidak hanya keluar sebagai mantan napi, tapi sebagai perempuan tangguh yang siap jadi pengusaha,” pungkas Yunengsih. (dop/arf)