JAVASATU.COM- Proyek wisata tematik andalan Kota Malang, Wisata Gantangan Malang Satu Titik (WGMST), kini terbengkalai dan nyaris menjadi aset mati. Area yang dibangun dengan anggaran puluhan miliar rupiah dari APBD Kota Malang itu sudah setahun lebih tak difungsikan dan mulai mengalami kerusakan fisik.

WGMST, yang diresmikan pada September 2023 lalu, awalnya digadang-gadang sebagai ikon wisata berbasis komunitas dan ruang publik bagi para pencinta burung (Kicaumania). Namun sejak pergantian kepemimpinan di Pemkot Malang, aktivitas di kawasan tersebut terhenti total.
“Bangunan mulai rusak karena tidak pernah digunakan. Padahal dulu ramai, ekonomi warga sekitar ikut bergerak,” kata Nurianto, warga Lowokdoro yang terdampak positif, Rabu (22/10/2025).
Ia menilai, penutupan kawasan itu membuat ekosistem ekonomi mikro di sekitar lokasi mati suri. Banyak pedagang dan pelaku usaha kecil yang dulu menggantungkan penghasilan dari kegiatan lomba burung kini kehilangan pemasukan.
“Fasilitas dibangun pakai uang rakyat, tapi sekarang dibiarkan begitu saja. Ini bentuk stagnasi aset publik,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Susi Rizandhe, MC lomba burung nasional sekaligus pemilik brand SR Cup. Menurutnya, kegiatan komunitas Kicaumania sebenarnya memiliki potensi besar untuk menggerakkan ekonomi lokal dan menjadi daya tarik wisata baru.
“Event Kicaumania itu bisa mendatangkan peserta dari berbagai daerah, otomatis menghidupkan UMKM dan wisata sekitar. Tapi Pemkot seperti menutup mata terhadap potensi ini,” ujarnya.
Kritik juga datang dari Wijiyono, tokoh Kicaumania yang ikut terlibat dalam pembangunan WGMST. Ia menegaskan, sejak awal proyek itu merupakan hasil kolaborasi antara Pemkot Malang, komunitas Independen Malang Raya (IMR), dan para pelaku hobi burung.
“IMR ikut dari tahap ide sampai pembangunan. Tapi sekarang kontribusi kami seolah dilupakan,” katanya.
Ia mendesak Pemkot agar segera menghidupkan kembali kawasan tersebut dan melibatkan komunitas secara aktif.
“Jangan cuma dijadikan proyek seremonial. Revitalisasi harus memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya menegaskan.
Berita Terkait:
Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang, Abdillah, menilai kondisi WGMST mencerminkan lemahnya tata kelola aset publik daerah. Menurutnya, Pemkot perlu segera melakukan langkah reaktivasi agar tidak menimbulkan kerugian lebih besar.
“Setiap aset pemerintah daerah harus memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kalau dibiarkan, bukan hanya bangunan yang rusak, tapi juga hilang potensi PAD,” katanya.
Abdillah menyarankan agar Pemkot membuka ruang dialog dengan komunitas untuk menyusun model pengelolaan kolaboratif dan rencana pemanfaatan aset berbasis ekonomi kreatif.
“Dengan melibatkan Dinas Pariwisata, Dinas Perdagangan, dan pelaku industri kreatif, WGMST bisa diintegrasikan dengan destinasi lain seperti Kampung Warna-Warni dan Kayutangan Heritage,” pungkasnya.
Kini, di tengah kondisi bangunan yang mulai lapuk dan fasilitas rusak, nasib Wisata Gantangan Malang Satu Titik menggantung. Tanpa langkah cepat dari Pemkot Malang, proyek wisata bernilai miliaran rupiah itu terancam menjadi aset mati di tengah kota yang dikenal sebagai pusat kreativitas Jawa Timur. (saf)
Comments 1