JAVASATU.COM-GRESIK- Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu) Tropika, Solok, Sumatera Barat (Sumbar), Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura bekerja sama dengan Direktorat Perlindungan Hortikultura Kementerian Pertanian yang danai Australian Center for Internasional Agricultural Research (ACIAR) melakukan sosialisasi dan duplikasi Pengelolaan Lalat Buah Skala Luas pada Tanaman Mangga di Desa Wotan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Senin (27/6/2022).

Kegiatan dihadiri dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Kabupaten Gresik, Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kabupaten Gresik, POPT Kecamatan Panceng, Kepala Desa Wotan dan anggota Kelompok Tani Wotan.
Tim Balitbu Tropika, Affandi, SP, MSc, PhD menyampaikan, lalat buah masih menjadi hama utama dalam budidaya mangga. Karena dapat menurunkan kualitas dan kuantitas buah serta menjadi kendala dalam ekspor buah segar. Kehilangan hasil akibat hama ini dapat mencapai 80 persen.
“Gejala serangan lalat buah pada mangga biasanya berupa noda-noda kecil bekas tusukan pada buah yang menimbulkan bercak coklat dan lubang disekitar buah. Dan itu akan menurunkan harga jual, bahkan hasil panen tidak laku jual” kata Affandi.
Untuk mengatasi hama lalat mangga itu, Affandi bersama tim memberikan salah satu cara yakni dengan ‘Male Annihilation Technique’ (MAT).
Dia menegaskan, cara ini dilakukan dengan menerapkan perpaduan teknologi yang ramah lingkungan pengelolaan lalat buah skala luas. Akan berhasil bila dilakukan dalam kebun skala luas, berkesinambungan, serentak dan terus menerus dalam waktu yang lama.
“Langkah pertama dilakukan pemetaan lokasi dan wilayah kemudian melakukan pemasangan perangkap monitoring dan pemasangan MAT. Langkah terakhir melakukan sanitasi terhadap buah yang terserang lalat buah” ungkap dia.
Dikatakan Affandi, cara itu sudah dilaksanakan di sejumlah daerah di Indonesia. Antara lain, di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon.
Dia menjelaskan, indikator keberhasilan dari hasil penelitian di kedua wilayah tersebut menunjukkan bahwa penerapan teknologi pengelolaan lalat buah skala luas pada tanaman mangga mampu menurunkan populasi lalat buah yang dibuktikan dari hasil tangkapan perangkap monitoring menjadi <1 lalat buah/perangkap/hari setelah 6 bulan.
“Teknologi ini terdiri dari menurunkan populasi awal lalat buah dengan sanitasi buah jatuh di lokasi kebun, menurunkan populasi lalat buah jantan dengan pemasangan wooden block yang mengandung metil eugenol dan insektisida serta menurunkan populasi lalat buah betina dengan penyemprotan umpan protein” terangnya.
Menurut dia, ukuran keberhasilan dalam menerapkan teknologi ini dilakukan dengan memasang perangkap monitoring 1 buah setiap 4 hektar lahan dan dinyatakan berhasil jika hasil hasil tangkapan lalat buah pada perangkap menjadi <1 lalat buah/perangkap/hari.
Affandi menambahkan, upaya ini juga untuk mendukung program Food Estate. Food estate, kata dia, menjadi salah satu program strategis pembangunan pertanian nasional.
“Dan ini sudah ada di beberapa daerah di Indonesia seperti di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara” pungkas Affandi.

Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur yang diwakili oleh staf teknis UPT Proteksi TPH Sri Sulistianingsih, SSi menyampaikan sentra mangga di Jawa Timur yang terluas di Pasuruan dan Situbondo. Lalat buah merupakan hama utama pada tanaman mangga di Jawa Timur. Untuk itu pihaknya siap mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Gresik, Ir. Eko Anindito Putro melalui Kepala Bidang Hortikultura, Samsul Ma’arif menyampaikan bahwa wilayah Gresik mendapatkan alokasi pembiayaan untuk intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman mangga. Kegiatan intensifikasi akan dilaksanakan seluas 40 hektar dan 14 hektar diantaranya akan dilaksanakan di Desa Wotan.
“Dengan dilaksanakannya kegiatan pengendalian lalat buah skala luas pada tanaman mangga di lokasi ini maka kegiatan pengelolaan tanaman mangga menjadi lebih terpadu” ujarnya.
Karena, lanjut dia, ini juga untuk mewujudkan program Food Estate dalam mendukung pertanian nasional.
“Tujuan food estate berbasis hortikultura yaitu untuk membangun kawasan hortikultura terpadu yang berdaya saing, ramah lingkungan dan modern, mendorong sinergitas dengan stakeholder dalam pengembangan food estate berbasis hortikultura, serta mendorong terbentuknya kelembagaan petani berbasis korporasi” jelasnya.

Kordinator Penggerak Gapoktan Wotan, Khotibul Umam berharap anggota kelompok tani di Desa Wotan bisa mengambil ilmunya dan diterapkan dalam budidaya mangga.
“Memang hama lalat mangga menjadi permasalahan serius bagi para petani mangga di Desa Wotan” kata Khotibul Umam.
Khotibul Umam juga mengaku senang karena ada salah satu cara untuk membasmi hama lalat pada tanaman mangga.
“Berharap dengan cara ini bisa berhasil dan hama lalat mangga bisa dikendalikan. Semoga hasil panen bisa kualitas bagus” tutup dia. (Kim/Saf)