
OPINI
Mari Mengenal Islam Sosialis bukan Sosialis Islam!
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penerasi Jogja Sumatera)
Islam Sosialis tidak lahir di meja akademik yang rentan kamuflase konseptual atau kerumitan tipu muslihat. Sebab bukan Sosialis Islam, Islam Sosialis menghadirkan konsep utuh khas pemikiran sistematis, holistik dan radikal.
Perkenalan terhadap Islam Sosialis adalah ajakan untuk belajar dan bukan langsung menjadikan seorang atau kelompok manusia secara otomatis menjadi sosok atau masyarakat Islam Sosial. Islam Sosialis lahir dari pengalaman, penghayatan, dan kontemplasi mendalam terhadap realitas yang bersifat (tidak sepenuhnya) individualistik, namun lebih kepada cara hidup masyarakat/pribadi yang egois. Sosial menjadi realita yang dikonesptualisasi atau akan lebih dekat dengan dinarasikan ke dalam sikap yang justru menggerogotinya.
Proses, belajar dan senantiasa hidup dalam kesadaran akan unsur realita sosial dalam kehidupan manusia adalah kuncinya. Egoistik mengarah kepada sikap kontraproduktif lah yang menjadi sasaran dokunstruksi Islam Sosial. Sikap rakus, tamak yang tidak berfaedah adalah musuh Islam Sosial, yang pada saat ini tampak di permukaan. Sayangnya, hal inilah yang dikonsumsi sebagian orang sehingga sekaligus menjadi proyek besar Islam Sosialis masa kini dan di masa depan.
Mengenal Lebih Jernih
Identifikasi Islam Sosialis terhadap Sosialis Islam adalah terhadap hakikat atau terminologi dan tidak kepada sejarah dan ideologis Sosialis Islam. Mengingat akar dan kunci Islam Sosialis yang telah dikemukakan sebelumnya, jika “selfish” atau “self oriented” berkonotasi pada pribadi maka penerasi menggunakan kata egois untuk menggapai cakupan persoalan agar lebih mengena juga kepada unsur sosial atau kelompok dan masyarakat luas.
Islam Sosialis Fungsional
Secara konseptual, Islam Sosialis dapat membaca permasalahan sosial dalam ruang lingkup dunia internasional. Sebab melihat negara dalam pengertian di atas, maka persoalan dunia menjadi tidak terpisahkan bahkan dalam batasan negara-negara. Islam Sosialis memiliki pandangan yang tentu dapat menjadi “problem solving” dalam persoalan internasional kekinian atau kontemporer.
Persoalan yang tidak kunjung mendapatkan pencerahan berupa jalan keluar setidaknya secara konseptual, bahkan menjadikan suatu kepusingan bahkan para elit politik seperti “gila”, terutama adalah Palestina. Suara sumbang mungkin akan terdengar dari remang-remang gerak mereka yang menyebut diri pejuang, atau keseriusan bernada tinggi namun penuh emosi dan Angkara murka dari para petinggi negara, maka berbagai sumpah serapah tidak menjadi tumpuan Islam Sosialis.
Islam Sosialis mensyaratkan kesungguhan dalam beragama serta komitmen terhadap unsur sosial manusia. Palestina menjadi kontestasi kehidupan manusia dunia dan akhirat. Artinya, kontestasi tersebut adalah pertaruhan hidup dan mati secara berkelanjutan dalam konsekuensi sebagaimana agama gambarkan. Kontestasi total tanpa tawar-menawar. Sebabnya menjadi penentu masa depan secara sesungguhnya. Hal ini kemudian berlaku secara internasional. Terbukti setiap mata (negara-negara) menyaksikannya dan berpengaruh secara sungguh dalam kehidupan berupa perilaku atau cara hidup (moralitas) manusia sepenjuru dunia.
Penutup
Islam Sosialis adalah produk pemikiran di zaman ini dan mungkin menjadi yang terakhir; bukan lantaran lahir di zaman akhir sebab memang telah di berada di akhir zaman, namun komprehensifitas menjadi ukuran. Walhasil, Islam Sosialis diharapkan dapat bermanfaat serta bagi penerasi pribadi berbuah balasan manfaat dan kebaikan serta pencerah yang bersifat berkelanjutan.