email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Selasa, 19 Agustus 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

Merdeka dari Ketidaksadaran Kognitif (Al-Aql Al-Mukawwan)

Oleh: Mohamad Anas (Dosen Pusat MPK dan Magister Ilmu Sosial UB, Anggota Lakpesdam NU Kota Malang)

by Redaksi Javasatu
17 Agustus 2020
ADVERTISEMENT
Mohamad Anas (Dosen Pusat MPK dan Magister Ilmu Sosial UB, Anggota Lakpesdam NU Kota Malang)

JAVASATU.COM – Sejak bangsa ini memproklamirkan diri menjadi bangsa yang bebas dari belenggu kolonial, baik penjajah Belanda maupun Jepang, kini kita masih belum menunjukkan diri sebagai bangsa mampu menunjukkan khasanah peradaban yang tinggi, dengan ilmu, teknologi, humanisasi yang menjadi penopang dasarnya. Proses-proses keterhubungan selama ini dengan dunia luar hanya terhenti corak konsumerisme pengetahuan dominan. Pada titik ini, kita jangan terlalu berharap telah dan akan terjadi proses dialektika yang produktif, tetapi justru masuk dalam kubangan yang sama, yakni mengekor pada pengetahuan yang dianggap ‘tinggi’. Saya terkadang menduga, apa yang pernah dikemukakan oleh Sutan Takdir Alisahbana tentang kemodernan suatu bangsa, kini kita turut membenarkan dan melegitimasinya secara diam-diam.

Tentu saja, dugaan ini hanyalah salah satu saja dari sekian banyak asumsi yang bisa dikemukakan, asalkan masih konsisten berada dalam prinsip error and elimination. Setidaknya, pandangan-pandangan yang mengemuka selama ini terdapat kita lihat dari cara pandang yang bercorak modernis dan konservatisme tradisi. Cara pandang modern ini menganggap hanya ada satu pola tunggal yang harus diikuti, pola-pola lain yang tidak masuk dalam standar rasionalitas dan ilmiah harus dipinggirkan. Pola tunggal ini juga berhasrat untuk menyeragamkan dan mengarah pada guidance utamanya, yakni pencerahan.

Pada konteks ini kita bisa melihat bagaimana kemodernan dan rasionalitas ilmiah selama ini ada di ‘luar sana’, maka untuk mencapainya kita harus melakukan mimikri. Segala macam tradisi yang dimutlakan, apalagi mitos, harus dibumihanguskan karena tidak lagi relevan dan pasti akan ditolak oleh narasi pencerahan yang diagungkan. Sayangnya, cara pandang ini tidak secara tuntas atau berani untuk meninggalkan dogma atau keyakinan teologis jika memang betul-betul menggunakan cara pandang modern dan positivis. Nyatanya tidak demikian yang dilakukan. Kita masih melihat bagaimana keberagamaan kini bahkan lebih semarak dan cenderung mendominasi ruang-ruang yang sejatinya bukan kaplingnya untuk masuk larut, tetapi hasrat kuasa mendahuluinya ketimbang kebijaksanaan.

KONTEN PROMOSI

Sementara pandangan kedua juga masih beranggapan bahwa tradisi dan segala macam mitos, sekaligus kearifan lokal tetap menjadi ‘barang antik’ yang harus terus menerus ditinggikan, jika perlu dipoles agar nampak indah dan molek. Pengagungan semu seringkali muncul sebagai bentuk ‘kritik’ pada modernitas. Konservatisme buta pada kelompok ini juga cenderung memutlakan pengetahuan yang dianggap historis pada keberadaan mereka sekaligus berguna untuk melindungi ‘kepentingan’ pengetahuan yang given take granted dari masa lalu.

Kedua narasi berkembang, berjalan masing-masing, kadang terjalin atau sesekali terjadi konflik tetapi hanya di permukaan, tetapi diam-diam saling pinjam untuk dipakai kepentingan masing-masing. Narasi pertama kadang ingin mendominasi dengan berbagi cara agar legitimasinya semakin kuat, misalnya saja narasi sains hendak menyelesaikan masalah covid 19 dengan berlomba memunculkan vaksin dan lalu perusahaan sebagai institusi penopangnya (produsen obat). Lytord memberikan analisis melampaui modernitas dalam hal ini. Kini, bukan pencerahan lagi yang menjadi narasi tunggal yang dirujuknya, akan tetapi justru kepentingan neo liberalisne.

Sementara narasi kedua yang diangap kerdil, di pinggiran, juga masuk dalam diskursus lain yang tidak kalah agresifnya jika muncul masalah. Jangan kira narasi kedua ini tidak mempunyai fungsi sama sekali, akan tetapi narasi ini meskipun dianggap minor akan tetapi justru dominan di aras lain. Narasi ini juga memainkan peran-peran yang tidak kalah canggihnya. Narasi ini menentramkan, mendiamkan diri dalam kebisingan dan kegaduhan yang terjadi di luar sana. Level yang digarap pada narasi ini berada di antara sisi human, keyakinan, dan kekuatan di luar sana. Apakah kekuatan kekuatan di luar sana mengalami modifikasi dan kapitalisasi sebagaimana narasi pertama di atas? Mungkin saja, meskipun levelnya masih sangat rendah.

Apapun narasi yang berjalan selama ini, nyatanya sama sekali tidak ada lompatan berarti dalam pemajuan peradaban keIndonesiaan. Stagnasi pengetahuan dan ilmu pengatahuan tersebut disebabkan kuasa nalar terbentuk (al-‘aql al-mukawwan) yang menentukan cara memahami dan menafsirkan, bahkan dalam membentuk cara pandang (world view). Nalar ini diyakini sebagai kebenaran ‘mutlak’ dan mempunyai otoritas yang sangat kuat, yakni kewenangan dalam menentukan sebuah proses penalaran dan pengambilan putusan (judgment) pengetahuan ilmiah. Dugaan penulis, nalar terbentuk yang mendominasi tersebut adalah terjadinya tumpeng tindih antara mitos, dogma, tradisi dan sains yang dimodifikasi sedemikian rupa karena arahan dari pemandu tunggal, yakni ‘keharmonisan’. Tabik. (*)

BacaJuga :

OPINI: Refleksi HUT ke-80 RI, Sehat Mental Wujud Merdeka yang Sesungguhnya

Mari Mengenal Islam Sosialis bukan Sosialis Islam!

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
Tags: Universitas Brawijaya

BERITA TERBARU

PLN Pastikan Pasokan Listrik Andal, Peringatan HUT ke-80 RI di Istana Berlangsung Khidmat

Seluruh Papua Rayakan HUT ke-80 RI Aman, TNI Tegaskan Hoaks Pengungsian

ADVERTISEMENT

Warga RW 8 Sukomulyo Gresik Desak Upacara dan Hiburan Meriah HUT ke-80 RI

Warga Natura Gresik Kobarkan Semangat Nasionalisme di HUT ke-80 RI

Santri Khoirunnas Gresik Berbagi Bahagia kepada Veteran di HUT ke-80 RI

Prev Next

POPULER HARI INI

Publik Nilai Tepat, Irjen Pol Suyudi Ario Seto Dipromosikan Jadi Komjen dan Kepala BNN

Gang Mangkatan Gresik Tanamkan Cinta Tanah Air Sejak Usia Dini

Perguruan Muhammadiyah Giri Rayakan HUT ke-80 RI dengan Upacara dan Pentas Seni

Warga Natura Gresik Kobarkan Semangat Nasionalisme di HUT ke-80 RI

Komunitas SEGO TEAM Kibarkan Merah Putih di Pertapaan Indrokilo Jabung Malang

BERITA LAINNYA

PLN Pastikan Pasokan Listrik Andal, Peringatan HUT ke-80 RI di Istana Berlangsung Khidmat

Seluruh Papua Rayakan HUT ke-80 RI Aman, TNI Tegaskan Hoaks Pengungsian

Publik Nilai Tepat, Irjen Pol Suyudi Ario Seto Dipromosikan Jadi Komjen dan Kepala BNN

Paskibraka Nganjuk, Ananda Adara Bangga Jadi Pembawa Baki di Upacara HUT ke-80 RI

OPINI: Refleksi HUT ke-80 RI, Sehat Mental Wujud Merdeka yang Sesungguhnya

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Publik Nilai Tepat, Irjen Pol Suyudi Ario Seto Dipromosikan Jadi Komjen dan Kepala BNN

SDN Tanah Kalikedinding I Surabaya Meriahkan HUT ke-80 RI dengan Lomba Tradisional

Edukator Keris Bersertifikat Nasional, Siap Kenalkan Warisan Budaya ke Generasi Z

Gang Mangkatan Gresik Tanamkan Cinta Tanah Air Sejak Usia Dini

KONTEN PROMOSI
  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved