email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Jumat, 3 Oktober 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

OPINI: Refleksi HUT ke-80 RI, Sehat Mental Wujud Merdeka yang Sesungguhnya

by Redaksi Javasatu
17 Agustus 2025
I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya. (Foto: Ist/Dok)

OPINI: Refleksi HUT ke-80 RI, Sehat Mental Wujud Merdeka yang Sesungguhnya

Penulis: I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya – Instruktur Lembaga Olah Pikir Indonesia LOA, Dewan Pengawas Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Hipnoterapi Indonesia, mitra Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Kemendikdasmen.

Tahun ini, Indonesia memasuki usia 80 tahun kemerdekaan. Setiap peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia selalu diwarnai gegap gempita, yakni upacara bendera, lomba rakyat hingga karnaval budaya. Namun di balik semarak itu, ada refleksi penting yang kerap luput dari perhatian: kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari belenggu batin, termasuk gangguan kesehatan mental.

Data terkini menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 mencatat 15,5 juta remaja (34,9%) mengalami masalah mental, dan 2,45 juta remaja (5,5%) menderita gangguan mental. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan menyebut, tiga dari sepuluh penduduk Indonesia berpotensi mengalami masalah kesehatan mental. Ironisnya, penanganannya masih jauh dari memadai.

Situasi diperburuk oleh keterbatasan anggaran. Dalam pidato kenegaraan 15 Agustus lalu, Presiden RI mengungkap defisit APBN sebesar Rp638,8 triliun pada RAPBN 2026. Jika prioritas tetap jatuh pada sektor infrastruktur dan belanja rutin, kesehatan mental masyarakat berisiko terus terpinggirkan.

Padahal, kesehatan mental adalah fondasi kehidupan berbangsa. Individu yang sehat mental mampu berpikir jernih, mengendalikan emosi, membangun relasi positif, dan memaksimalkan potensi diri. Sebaliknya, depresi, kecemasan, atau stres pascatrauma bisa menurunkan produktivitas, merusak relasi sosial dan memicu perilaku destruktif.

ADVERTISEMENT

Di sinilah pentingnya meredefinisi makna “merdeka.” Merdeka bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari belenggu internal berupa gangguan mental. Merdeka berarti mampu menjalani hidup dengan bahagia, produktif dan bermakna. Tubuh boleh sehat, tetapi bila batin rapuh, kemerdekaan itu sejatinya pincang.

Perjuangan menjaga kesehatan mental memang menantang. Era digital membawa tekanan baru: banjir informasi, budaya instan, hingga ekspektasi sosial yang tidak realistis. Media sosial, misalnya, sering memicu perbandingan diri, rasa tidak puas dan perundungan. Situasi ini menuntut individu dan negara serius mengelola aspek psikologis warganya.

Sayangnya, stigma terhadap gangguan mental masih kuat. Banyak orang enggan mencari bantuan karena takut dicap “gila.” Padahal, gangguan mental membutuhkan penanganan profesional, sama seperti penyakit fisik. Tanpa intervensi, kondisi bisa memburuk dan berdampak pada aspek sosial maupun ekonomi.

BacaJuga :

Mari Mengenal Islam Sosialis bukan Sosialis Islam!

Jangan Tunggu Kehilangan untuk Menyadari Arti Kehadiran

Maka, perayaan HUTke-80 RI seharusnya menjadi momentum refleksi kolektif. Jika para pahlawan dahulu berjuang merebut kemerdekaan fisik, generasi kini ditantang memperjuangkan kemerdekaan jiwa. Membebaskan diri dari depresi, cemas atau trauma adalah bentuk perjuangan modern yang tak kalah heroik.

Dukungan profesional juga sangat penting. Terapi psikologis, konseling, hingga hipnoterapi dapat menjadi pilihan. Hipnoterapi, misalnya, terbukti secara ilmiah membantu banyak orang dengan biaya relatif terjangkau. Metode ini bersifat holistik, menyentuh akar emosional, non-farmakologis, minim efek samping dan fleksibel sebagai terapi mandiri atau pelengkap psikoterapi. Hipnoterapi mampu membantu relaksasi, mengelola stres, meningkatkan kepercayaan diri dan mengubah kebiasaan negatif secara mandiri.

Kemerdekaan sejati tak bisa diraih bila jutaan warga hidup dalam kecemasan dan depresi. Semangat “merdeka” seharusnya meliputi kebebasan untuk merasa aman, dihargai, dan mampu mengembangkan potensi diri tanpa hambatan batin. Ketika negara sibuk menghitung defisit APBN, jangan sampai abai pada defisit yang lebih berbahaya: defisit kebahagiaan warganya.

Indonesia telah berumur 80 tahun, tetapi tanpa rakyat yang sehat mental, cita-cita “mencerdaskan kehidupan bangsa” akan sulit terwujud. Mari jadikan HUT ke-80 RI dengan tema ‘Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju’ sebagai momentum untuk menyehatkan jiwa bangsa. Karena hanya bangsa yang sehat mentalnya, yang benar-benar merdeka. (*)

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: EsaiOpini

Comments 1

  1. Hendri says:
    1 bulan ago

    menyoroti aspek kesehatan mental yang sering luput dari perhatian dalam peringatan HUT RI Menekankan bahwa kemerdekaan tidak lengkap tanpa kesehatan mental yang baik.

    Balas

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

UMG Wisuda 574 Mahasiswa, Target Akreditasi Internasional QS dan THE

Indeks Masyarakat Digital Kota Malang Tertinggi Nasional 2025

ADVERTISEMENT

LAKSI Minta Stop Politisasi Kasus Keracunan Makanan, BGN Diminta Fokus Perbaikan Program MBG

Sastra Indonesia Tak Pernah Mati, Halimah Munawir: Tetap Tumbuh Subur di Segala Zaman

Semangat Sepak Bola Senang Kembali Hidup di Malang, Trofeo U-50 Digelar 5 Oktober 2025

Prev Next

POPULER HARI INI

Bupati Yani Janji Warga Gresik Tetap Diprioritaskan Kerja di JIIPE

Kapal Nelayan Albakor 01 Hilang 23 Hari di Laut Selatan, Satpolairud Malang Dirikan Posko Pencarian

PLN Andalkan PLTA Sutami sebagai Black Start Jatim, Target Produksi 1.400 GWh 2025

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Dugaan Penyalahgunaan Dana Hibah KONI Kabupaten Malang, Kejari Periksa 47 Saksi Termasuk Humas

BERITA LAINNYA

LAKSI Minta Stop Politisasi Kasus Keracunan Makanan, BGN Diminta Fokus Perbaikan Program MBG

Sastra Indonesia Tak Pernah Mati, Halimah Munawir: Tetap Tumbuh Subur di Segala Zaman

Pemkab Gresik Pastikan Lowongan Kerja JIIPE Dibuka untuk Warga Lokal

Prabowo Hapus Tantiem dan Batasi Komisaris BUMN, Pengamat: Langkah Tepat Bersihkan Korupsi

Bamsoet Siap Jadi Pembina IPJI, Hadiri Munas V dan Launching Buku Antinarkoba

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Bupati Yani Janji Warga Gresik Tetap Diprioritaskan Kerja di JIIPE

Papan Ucapan Selamat untuk Budiar Jadi Sekda Kabupaten Malang Ramai Terpasang, Besoknya Raib

3.205 Atlet Taekwondo Jatim Adu Skill di Kejurprov Pelajar 2025 Malang

Bupati Malang Bantah Isu Jual Beli Jabatan dalam Pelantikan Sekda dan 16 Camat

Laga Persahabatan Secuwil FC vs PHE WMO, Sepak Bola Jadi Ajang Silaturahmi

  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

%d