![](https://javasatu.com/wp-content/uploads/2024/01/sejatine-urip-700x394.jpeg)
Sejatine Urip dalam Pandangan Teologi
Oleh: Eko Windarto – Penulis Satupena Jawa Timur
Dalam esai ini, saya akan membahas bagaimana konsep kehidupan dalam pandangan teologi dapat mempengaruhi cara kita memandang arti dari sijatine urip. Sijatine urip artinya adalah hakikat kehidupan atau keberadaan. Secara harfiah terjemahannya adalah “hidup itu sendiri.” Dalam kebudayaan Jawa, kata ini sering diartikan sebagai aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga sijatine urip diletakkan di atas segala-galanya.
Dalam teologi, konsep kehidupan dianggap sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dihormati dan dijaga oleh manusia. Kehidupan dipandang sebagai sebuah karunia yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai makhluk paling sempurna dalam ciptaan-Nya. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan budi pekerti, manusia diberikan tanggung jawab untuk menjaga kehidupannya dan kehidupan makhluk lainnya. Oleh karena itu, konsep kehidupan dalam pandangan teologi memiliki dimensi moral dan etis yang sangat kuat.
Dalam pandangan teologi, sijatine urip juga dapat diartikan sebagai sebuah tujuan hidup manusia. Tujuan hidup manusia bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik semata, melainkan juga untuk mencapai kebahagiaan dan kedamaian batin. Dalam konteks ini, sijatine urip memiliki dimensi spritual yang kuat. Manusia dianggap sebagai makhluk yang memiliki tujuan hidup yang lebih besar dari sekadar memuaskan kebutuhan fisiknya. Tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan dan menjadi manusia yang lebih baik.
Paham teologi juga memandang bahwa sijatine urip memiliki dimensi sosial yang penting. Kehidupan manusia tidak dapat dipandang hanya dari sudut pandang individu semata, melainkan juga harus dipandang dari sudut pandang keluarga dan masyarakat. Manusia hidup di dalam masyarakat dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan memajukan masyarakatnya. Oleh karena itu, sijatine urip juga dapat diartikan sebagai sebuah tanggung jawab sosial.
Namun, pandangan teologi terhadap sijatine urip tidak selalu seragam. Beberapa filosof teologi menekankan bahwa hidup manusia adalah tentang pelayanan kepada sesama dan juga kepada Tuhan. Dalam hal ini, sijatine urip memiliki dimensi pelayanan yang sangat kuat. Manusia dianggap sebagai makhluk yang harus memenuhi panggilan untuk melayani sesama dan untuk hidup bersama dalam kerukunan dan perdamaian.
Sebaliknya, ada juga pandangan teologi yang memandang bahwa hidup manusia adalah tentang pencarian kesempurnaan dan berusaha mencapai potensi maksimal dalam diri manusia. Dalam hal ini, sijatine urip memiliki dimensi aspirasi yang sangat kuat. Manusia dianggap sebagai makhluk yang harus berusaha mencapai kesempurnaan melalui pengembangan potensi diri.
Namun, tidak peduli bagaimana pandangan kita terhadap sijatine urip, satu hal yang mempersatukan semua pandangan tersebut adalah bahwa sijatine urip begitu berharga dan memerlukan penghormatan dari setiap manusia. Kita harus menghormati kehidupan dan keberadaan manusia, dan juga kehidupan makhluk lainnya. Sebagai makhluk yang bertanggung jawab atas keberadaannya, manusia harus berusaha untuk menjaga dan memajukan lingkungan di sekitarnya, baik itu lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
Dalam kesimpulannya, sijatine urip dipandang dari sudut pandang teologi memunculkan banyak pemahaman yang berbeda. Namun, semua pandangan tersebut memiliki kesamaan dalam pandangan bahwa kehidupan manusia adalah anugerah dari Tuhan dan harus dihormati serta dijaga dengan baik. Sijatine urip mempunyai dimensi moral, etis, spiritual, sosial, pelayanan, dan aspirasi yang sangat kuat, sehingga kita perlu memahami dan menghargai serta menjaga keberadaannya dengan sebaik-baiknya. (*)
Manfaat Mantaf full