email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Jumat, 7 November 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

Tanda Punah?

by Redaksi Javasatu
28 April 2023
Ilustrasi. (By: Javasatu)

Tanda Punah?

Oleh: Esge Laksana – Dewan Pakar Satupena Jawa Timur

“Kuuuuung…….. turun, ayo main!.”
“Kuuuuung…….. ayo main hompimpah!.”
Teriak Sifa dan Fisa. Kedua cucu kembarku dari lantai bawah. Teriakan itu, membuat ide yang masih ada di otak, seketika ambyar. Aku save terlebih dulu, tulisan yang telah ku edit dan kembangkan. Lantas aku tekan tombol power, kumatikan komputer jinjingku. Ku lipat dan kemudian ku simpan laptop ku.

Ku langkahkan kakiku menuruni 14 anak tangga. Menuju sumber teriakan dan ajakan bermain. Di bawah sudah menanti cucu kembar dari anak pertamaku. Sesaat kemudian, kita bertiga bermain. Hompimpah alaiyun gambreng. Putaran pertama, Fisa, si adik, kalah dan harus mencari aku dan Sifa bersembunyi. “Satu, dua, tiga, empat,……….. sepuluh”, Fisa menghitung. Setelah itu, dia mencari kami berdua. Aku dan Sifa sembunyi di balik lemari baju di ruang tempat sholat. “Dimana ya?”, kata Fisa. Sementara Sifa, tak kuasa menahan tawa. “Daaaaaar…..”, teriak Fisa. Putaran kedua hompimpah, dimulai lagi. Begitu seterusnya, sampai akhirnya kita lelah.

Di sela-sela permainan, aku coba bicara dengan bahasa Jawa pada kedua cucu kembarku, yang berusia tiga tahun lebih tiga bulan. “Ayo, saiki yang kung sing kalah. Sifa karo Fisa singitan”, keduanya melongo. Keduanya tidak mengerti apa yang aku katakan. “Kung bilang apa?”, kata Fisa. “Kung ngomong bahasa Jawa”, kataku. “Mbak dan adik ngerti gak?”, tanyaku. Keduanya serempak jawab, “nggak!”. Ini adalah kekagetanku yang kedua, saat bahasa Jawa kuucapkan dalam percakapan ternyata tidak dimengerti.

Kekagetan pertama, saat anak keduaku, Fira yang saat itu kelas V di Madrasah Ibtidaiyah bertanya padaku, “Pak, slawe itu apa?”. Sebelum aku jawab, ku tanya terlebih dahulu, “adik sedang ngerjakan apa?”. “PR bahasa Jawa”, sahutnya. Setelah itu baru aku jawab, selawe itu dua puluh lima. “Kalau selikur itu apa pak?”. Selikur itu, dua puluh satu. Kalau srengenge?, dan seterusnya. Saat mengerjakan PR, beberapa kali aku coba bicara dengan bahasa Jawa. Ternyata si Fira tidak mengerti.

Kedua peristiwa ini, menyadarkanku, bahwa bahasa Jawa, bahasa etnis atau bahasa daerah, tak lagi dipakai dalam percakapan sehari-hari anak cucuku. Ternyata, sejak kecil, anak dan cucuku saat berbicara dengan orang tuanya, tidak lagi berbahasa Jawa. Tetapi, berbahasa Indonesia. Kenyataan ini juga dialami oleh anak dan cucu dari kerabat dan teman-temanku. PR bahasa Jawa lebih sulit dibanding dengan PR matematika. Nilai bahasa Jawa di rapot ternyata paling rendah dibanding mata pelajaran lainnya. Bahkan sebagian anak-anak keluarga kelas atas di kota besar, kesulitan berbicara bahasa Indonesia, karena sejak kecil telah diajarkan bahasa Inggris atau bahasa asing oleh orang tuanya. Tujuan orang tua simpel, menyiapkan anaknya hidup mengglobal.

Peristiwa kecil ini, bisa jadi representasi dari realitas sosial yang lebih besar. Sebuah kenyataan, bahwa bahasa etnis atau bahasa daerah terancam punah. Terdesak oleh bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Terpinggirkan oleh Bahasa Inggris, Korea, Mandarin, atau bahasa internasional lainnya. Mei 2022, Kemendikbud pernah merilis, ada 11 bahasa etnis atau bahasa daerah yang punah. Adapun bahasa daerah yang punah adalah Bahasa Tandia dari Papua Barat, Bahasa Mawes dari Papua, Bahasa Ternateno dari Maluku Utara, Bahasa Kajeli/Kayeli, Bahasa Piru, Bahasa Moksela, Bahasa Palumata, Bahasa Hukumina, Bahasa Hoti, bahasa Serua, dan Bahasa Nila dari Maluku. Data tersebut, bisa ditambahkan dengan beberapa bahasa daerah yang terancam punah. UNESCO pada 21 Februari 2009 merilis bahwa sekitar 2.500 bahasa di dunia termasuk lebih dari 100 bahasa daerah di Indonesia kini terancam punah dan sebanyak 200 bahasa telah punah dalam tiga puluh tahun terakhir dan 607 tidak aman.

Seriuskah masalah ini? Tentu saja serius, karena pada awalnya Nusantara ini memiliki ratusan (mungkin ribuan) bahasa etnis atau daerah. Jika semakin dekade, makin berkurang, bisa jadi anak cucu kita nanti tak lagi kenal bahasa nenek moyangnya. Bahasa etnis atau bahasa daerah, bukan saja terpinggirkan, tapi menuju kepunahan.

BacaJuga :

OPINI: Reformasi Fiskal Digital dan Transparansi Keuangan Publik

OPINI: Kebijakan Fiskal Berkelanjutan dan Inklusif di Era Transisi Hijau dan Digitalisasi Nasional

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
Tags: Esge LaksanaSatupenaSatupena Jawa Timur

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

AKHERA Dukung Polda Metro Jaya Tetapkan 8 Tersangka Kasus Fitnah Ijazah Palsu Jokowi

Jum’at Inovatif MTs NU Sindujoyo Gresik, Tanamkan Cinta Budaya dan Kreativitas Siswa

ADVERTISEMENT

Operasi Sikat Semeru 2025, Angka Kriminalitas Turun, Polres Malang Ungkap 186 Kasus

Motor Masih Menyala, Digasak Maling di Cerme, Polisi Tangkap Pelaku Sekejap

Pengajian Rutin Majelis SIJI Gresik, KH Zainul Amin Ismail Tekankan Sabar dan Ujian

Prev Next

POPULER HARI INI

Panglima TNI Mutasi 57 Perwira Tinggi, Dorong Regenerasi dan Penguatan Struktur Komando

FKPQ Cerme Gresik Studi Banding ke Tiga Kota, Tingkatkan Kualitas Guru Ngaji

Publik Apresiasi Kepala BNN Suyudi Ario Seto Sikat Jaringan Narkoba di Jakarta

Presiden Prabowo Angkat Rizki Juniansyah Jadi Letnan Dua TNI, Apresiasi Prestasi Dunia

Satpol PP Gagal Bongkar Tembok Griya Shanta, Warga Kompak Menolak Eksekusi

BERITA LAINNYA

AKHERA Dukung Polda Metro Jaya Tetapkan 8 Tersangka Kasus Fitnah Ijazah Palsu Jokowi

TMMD Magetan Resmi Ditutup, TNI dan Rakyat Sukses Bangun Desa

TMMD Buka Akses Antardesa dan Dongkrak Ekonomi Warga Wonosobo

Publik Apresiasi Kepala BNN Suyudi Ario Seto Sikat Jaringan Narkoba di Jakarta

Polres Banjarnegara Resmikan SPPG Kedua di Kertayasa, Dukung Program MBG

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Malang Resmi Jadi Kota Kreatif Dunia UNESCO, Bersanding dengan Varna Bulgaria di Bidang Media Arts

Apa Manfaat Kota Malang Masuk Jejaring Kota Kreatif Dunia UNESCO?

Peduli Kesehatan Gigi, Bambang Dental Clinic Malang Gelar Baksos

Panglima TNI Mutasi 57 Perwira Tinggi, Dorong Regenerasi dan Penguatan Struktur Komando

FISIP UI Student Nite Festival 2025, Pergelaran Musik Kampus Paling Bergengsi di Indonesia

  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved