JAVASATU-GRESIK- Untuk meningkatkan partisipasi di Pemilihan Umum (Pemilu) serentak tahun 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Gresik menggandeng Komunitas Wartawan Gresik (KWG) mengadakan fasilitasi pendidikan pemilih 2021 pada Jumat (3/12/2021) bertempat di Sekretariat KPU Gresik, di Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Kecamatan Kebomas.
Komisioner KPU Gresik Bidang Sosdiklih, Parmas dan SDM, Makmun mengatakan, sosialisasi pendidikan pemilih ini penting dilakukan karena berdasarkan evaluasi KPU RI, meski tingkat partispasi Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Gresik tinggi, di angka 80,8 persen. Namun, ada 4 kecamatan yang pastisipasi pemilihnya terbilang rendah. Yaitu, Kecamatan Gresik yakni 65,7 persen. Panceng 71,7 persen. Sangkapura 71,1 persen. Dan, Tambak 69,9 persen, kedua kecamatan terakhir itu berada di Pulau Bawean.
“Keempat kecamatan ini menjadi pekerjaan rumah (PR) KPU Gresik untuk meningkatkan partisipasi pemilih” katanya.
Dia menyebutkan, rendahnya partisipasi pemilih antara satu daerah dengan daerah lain itu memiliki perbedaan faktor.
“Ada sejumlah desa atau kelurahan di Kecamatan Gresik yang partisipasi pemilihnya masih rendah seperti Desa Gapura Sukolilo, Kelurahan Sidokumpul, dan Pakelingan. Ini wilayah perkotaan. Mengapa terbilang rendah partisipasi pemilihnya? Jelas beda dengan kondisi di Panceng atau Pulau Bawean karena pemilihnya yang merantau ke luar negeri” terang Makmun.
“Makanya, KPU gencarkan sosialisasi. Termasuk dengan menggandeng KWG. Ini termasuk forum strategis, karena membangun kemitraan dengan pilar demokrasi keempat untuk membantu penyebar luasan informasi dalam memberikan pendidikan pemilih” tandas Makmun.
Sementara itu, Ketua Komunitas Wartawan Gresik (KWG), M.Syuhud Almanfaluty mengatakan, dalam menyongsong Pemilu tahun 2024 yakni Pileg, Pilpres, dan Pemilukada partai politik (parpol) peserta sudah starting.
“Jadi, terhitung mulai bulan Maret tahun 2022 mendatang, para parpol peserta pemilu sudah mulai starting. Mereka mulai melakukan penjaringan calon legislatif (caleg)” kata Syuhud sapaan akrabnya.
Menurut Syuhud, tahun 2022 adalah tahun administrasi untuk Pemilu 2024 bagi parpol.
“Jadi, mereka (parpol) telah mapping bahwa tahun 2022 urusan caleg, administratif sudah harus klir di 2022. Sehingga, tahun 2023 sudah menyiapkan perang untuk pemilu 2024” ucap Syuhud.
Syuhud menilai, pada Pemilu 2024 tidak berbeda jauh dengan Pemilu 2019. Artinya, para calon, baik calon legislatif, calon presiden, maupun calon kepala daerah akan memiliki peluang dan tantangan dalam menggaet pemilih. “Entah itu incumbent maupun new commer” kata dia.
“Banyak kasus yang terjadi di pemilu sebelumnya para calon incumbent bisa kalah atau tumbang, baik di pileg, maupun pemilukada. Tapi new commer atau pendatang baru bisa menang atau terpilih. Padahal, secara modal atau meramut pemilih atau masyarakat incumbent sudah lebih lama” jelas Syuhud.
“Fakta ini salah satu faktornya karena calon tak bisa menjaga kepercayaan pemilih” imbuhnya.
Menurut Syuhud, menjaga kepercayaan pemilih agar tak berpaling ke lain hati itu sangat penting dalam menggapai kemenangan, atau keterpilihan dalam pesta demokrasi.
“Pemilih itu bukan benda mati yang bisa dipindah kemana-mana. Tapi, kalau pemilih sudah enjoi, dan memiliki kepercayaan pada seseorang (figur calon), maka dia akan sulit berpindah ke orang lain. Tapi, kalau sudah tak memiliki kepercayaan, mohon maaf dikasih apapun bisa jadi diterima, tapi belum tentu mau memilih karena sudah tak memiliki kepercayaan atau bahkan kekecewaan” pungkasnya. (Bas/Saf)