JAVASATU.COM-MALANG- Universitas Insan Budi Utomo (UIBU) Malang resmi mendeklarasikan tradisi baru halalbihalal dengan nama riyoyoan. Acara yang digelar Jumat malam, 18 April 2025 di pelataran kampus UIBU ini menghadirkan suasana hangat dan penuh keakraban antara civitas akademika dengan para insan media dari berbagai organisasi.
Dalam sambutannya, Rektor UIBU Dr. Nurcholis Sunuyeko menyampaikan bahwa momen silaturahmi ini adalah bentuk syukur atas rahmat Allah SWT, sekaligus tonggak untuk memperkuat hubungan antara kampus dan media.
“Hari ini kita bisa berkumpul karena rahmat, hidayah, ridho, dan inayah dari Allah. Mudah-mudahan ini sebagai tempat kita mengawali insan media supaya bisa bersilaturahmi,” ucapnya.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi meski memiliki perbedaan visi dan misi, serta mengajak seluruh peserta untuk menjadikan acara ini sebagai tradisi tahunan.
“Meskipun berbeda visi dan misi, namun ada persamaan, salah satunya bisa bersilaturahmi. Dan sekarang para insan media, civitas akademika, mendeklarasikan halalbihalal di sini itu sebagai riyoyoan,”
Tak hanya itu, Dr. Nurcholis juga menegaskan perubahan status kelembagaan kampus.
“Kami mendeklarasikan bahwa di sini bukan lagi IKIP, tapi sekarang adalah Universitas Insan Budi Utomo. Sekali lagi, tidak boleh lagi disebut IKIP,” tegasnya.
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari wartawan senior Gatot Sukardi. Dengan semangat dan ketulusan, ia mengajak para wartawan untuk merefleksikan perjalanan panjang dunia jurnalistik.
“Saya menggeluti dunia jurnalistik sudah 60 tahun, tepatnya tahun 1964. Sehingga lika-liku perjalanan jurnalis dengan saat ini berbeda jauh,” kenangnya.
Gatot juga memberi apresiasi khusus kepada Rektor UIBU atas terselenggaranya acara ini.
“Kalau tidak ada doktor Nurcholis, pertemuan ini tidak akan terjadi,” katanya.
Ia pun berharap silaturahmi seperti ini bisa terus berlanjut di masa depan.
“Semoga kita akan dipertemukan dalam Ramadhan 1447 hijriah mendatang,” ujarnya.
Malam keakraban itu ditutup dengan tausiyah oleh ustaz Abdul Wahid yang membawakan pesan-pesan damai dan kebersamaan.
“Saya agak nervous, iki wartawan biasane ngandani uwong kok malah kate dikandani,” candanya, disambut tawa hadirin.
Dalam tausiyahnya, Wahid mengingatkan bahwa makna riyoyoan bukan sekadar tradisi Islam, melainkan pesan universal.
“Riyoyoan itu bukan semata-mata diperintahkan kepada umat Islam, namun kepada seluruh umat manusia. Saling berkasih sayang, saling memaafkan, saling mendamaikan, jangan sampai bermusuhan,” jelasnya.
“Halalbihalal ini momen yang pas untuk saling mendoakan,” pungkasnya.
Acara Riyoyoan UIBU bersama Insan Media turut dihadiri oleh berbagai organisasi media seperti PWI, IJTI, AJI, PFI, AMSI, dan JMSI. Kehangatan malam itu menjadi awal dari tradisi baru yang mempertemukan dunia kampus dan dunia jurnalistik dalam satu momen kebersamaan. (Saf/Jup)