JAVASATU.COM-GRESIK- Hari Tani Nasional ke-63 tahun 2023 diperingati setiap tanggal 24 September. Untuk memeriahkannya, Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Gresik bakal menghadirkan penampilan musik Lesung ‘Kelompok Tani Nahdliyin Maju Produktif Andalan’ (Ketan Mapan) Hubbul Wathon dari desa Dalegan kecamatan Panceng yng merupakan binaan LPPNU Gresik.
Ketua Cabang Lembaga Perkemangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Gresik, Muzarodin mengungkapkan, kehadiran permainan musik lesung Ketan Mapan Hubbul Wathon dari desa Dalegan di peringatan Hari Tani Nasional ke-63 tahun 2023 yang akan digelar di kecamatan Panceng bukan hanya sekedar permainan musik, tetapi musik lesung itu memiliki makna.
“Leluhur kita membuat Lesung dengan bentuk seperti perahu kecil tidak sekedar menjadi alat tumbuk padi semata, namun ada nilai filosofinya antara lubang lesung dengan alu penumbuk berkolabarasi mengahsilkan sesuatu yang bernilai, punya nilai ekonomi, punya nilai interaksi sosial, punya nilai kegotong royongan, punya nilai kesenian dengan bunyi yang di timbulkan,: ungkap Bang Jarod sapaan akrabnya menerangkan, Rabu (20/9/2023).
Menurut dia, kehadiran musik lesung Ketan Mapan nantinya menjadi cara untuk mengembangkan kerifan lokal.
“Bisa kita lihat kalau lesung dan alu dimainkan oleh beberapa orang dalam menumbuk padi, di tengah menumbuk terjadi komunikasi berbincang antar penumbuk (sesama tetangga) bersenda gurau dan berbagi cerita, tradisi menumbuk padi secara berjemaah dengan teknologi lesung disebut kothekan. Kearifan lokal masyarakat desa semacam ini lah menjadi harmoni hubbul wathon minal iman,” urainya.
Menurut dia, kehadiran Lesung tersebut tidak sekedar sebagai simbul pertanian semata, namun juga sebagai bukti kecintaan Petani Nahdlatul Ulama terhadap Tanah Air,
“Karna petani tidak bisa dipisahkan denga Tanah sebagai Lahan dan Air sebagi sumber kehidupan dalam menjaga NKRI dari krisis ketahanan pangan,” tandas Bang Jarod.
Sementara itu, Koordinator Musik Lesung Ketan Mapan Hubbul Wathon, Mahmudah memaknai keberadaan musik tradisional lesung. Melalui musik lesung, dirinya mengajak masyarakat untuk sikap gotong-royong.
“Selagi wong urip isik butuh mangan berarti wong tani isik dibutuhno (kalau semua orang masih butuh makan, berati semua orang masih butuh petani). Ayo tunjukkan semangat gotong-royong dan saling mengisi. Ayo semangat kothekan (tabuhan) lesung untuk menginspirasi kita dalam menjaga kesburuan tanah melalui bertani dengan sungguh-sungguh. Semoga pemerintah memahami keluh kesah kita sebagai petani dan kebijakanya berpihak pada petani”, tegas Mahmudah. (Hoo/Arf)