JAVASATU.COM-GRESIK- Paguyuban Warga Ponorogo (Pawargo) Gresik mengadakan silaturahmi dan halalbihalal 1445 hijriah pada Minggu (21/4/2024) di di Galery Pudak Gresik. acara dihadiri hampir seluruh anggota, sesepuh, serta pertunjukan reog.
Ketua Paguyuban Warga Ponorogo (Pawargo) Gresik, Edi Purnomo mengatakan, dalam pertemuan antara warga perantauan, ikatan kekeluargaan terasa begitu kuat, hingga lebih dari sekadar hubungan darah.
Menurut Edi, paguyuban warga Ponorogo di Gresik ini sudah memasuki generasi kelima. Jumlahnya terus bertambah, mencapai puluhan hingga ratusan keluarga. Puncaknya adalah pada masa operasional pabrik Semen Gresik dan beberapa pabrik kayu yang kerap melakukan ekspor.
“Pada tahun 1981, beberapa keluarga Ponorogo di Kota Gresik merasa kerinduan akan budaya asal mereka. Sebagai respons, mereka sepakat membentuk perkumpulan keluarga Ponorogo,” ungkap Edi.
Seiring berjalannya waktu, lanjut dia, PT Semen Gresik mulai merambah masyarakat di luar pabrik dengan melibatkan tim kesenian lokal. Paguyuban Pawargo sering diundang untuk tampil di berbagai acara kesenian.
“Saat ini, kami sudah memiliki 3 Dadak Merak beserta perangkat musik pengiring. Kami dengan senang hati menerima setiap undangan untuk tampil atau mengisi acara,” ungkap Edi.
Slamet Kurniadi, Humas Paguyuban Pawargo, menjelaskan bahwa setiap tahun mereka menggelar silaturahim keluarga besar Pawargo Gresik dengan mengundang keluarga dari wilayah lain seperti Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Surabaya, Sidoarjo, dan Bangkalan.
“Silaturahim dan halal bihalal kami gelar setiap tahun secara bergiliran. Kami selalu membuka pintu untuk membantu warga Ponorogo yang baru merantau di Gresik, menyediakan tempat tinggal dan mengarahkan mereka ke pekerjaan, terutama di pabrik atau melalui kenalan yang kami punya,” tambah Slamet.
Kata dia, paguyuban ini bersifat terbuka dan fokus pada membantu warga Ponorogo yang baru merantau di Gresik. Mereka yang belum memiliki jaringan keluarga akan diberikan bantuan untuk kebutuhan makan dan minum oleh anggota Pawargo yang telah sukses.
“Paguyuban ini menjadi rumah kedua bagi kami yang merantau di Gresik. Kami merasa lebih dari sekadar keluarga, dan inilah yang membuat kami tetap kuat dan bahagia di perantauan,” ungkapnya. (Bas/Arf)