JAVASATU.COM-MALANG- Hingga saat ini, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan daging sapi ataupun daging kerbau, pemerintah masih tidak bisa lepas dari daging sapi impor.
Tiga jenis daging yang diimpor, antara lain, hot meat yang didapat dengan mendatangkan sapi hidup dari australia. Lalu daging sapi frozen dari Brazil. Dan yang ketiga adalah daging kerbau India.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan, bukan berarti pemerintah tidak melakukan upaya, dengan harga daging sapi atau kerbau yang cenderung terbilang masih tinggi.
“Sapi yang dibilang lokal itu sebagian memang ada yang dibreeding di Indonesia. Tapi sebagian besar, sapi bakalan itu di impor dari Australia,” ujar Arief, Jumat (27/5/2022).
Arief menyebut, impor ketiga jenis daging itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terutama daging segar. Impor tersebut masih dilakukan meski saat ini, tercatat ada kenaikan pada harga daging dari sapi hidup atau hot meat.
“Sapi di Australia itu dalam 3 tahun terakhir ini kenaikannya mulai harga 2,6 dollar per kilogram sapi timbang hidup, kemudian naik 2,8 dolar, naik 3 dolar, dan hari ini naik menjadi 4,2 dollar per kilogram berat hidup,” terang Arief.
Sehingga, kondisi tersebut juga berpengaruh pada harga karkas daging sapi yang berkisar antara Rp 110 ribu hingga Rp 150 ribu. Untuk itu dirinya menilai, harus mengedukasi bahwa harga daging sapi yang relatif tinggi, dipengaruhi masih tergatungnya Indonesia terhadap daging impor.
“Karena hari ini harga di dunia sekian. Karena kita masih ketergantungan dengan impor. Jadi suka gak suka kita ikut harga,” imbuh Arief. (Agb/Saf)