JAVASATU.COM-MALANG- Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjaga stabilitas pangan terutama gula adalah dengan menjaga komoditas gula tersebut. Upaya yang dilakukan adalah dengan menjaga keseimbangan antara tingkat hulu hingga hilir.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, keseimbangan itu harus dijaga secara menyeluruh dan tidak hanya di tingkat lokal saja. Tentunya harus dikoordinasikan dengan kementerian terkait.
“Dan di tingkat hilirnya, kita juga berusaha memberi ruang. Yakni di harga Rp 13.500, yang sebelumnya Rp 12.500. Jadi fairnya, harga di tingkat petani harus baik. Itu mengenai bagaimana kita mengkolaborasikan antara petani dengan pabrik gula,” terang Arief saat berkunjung ke salah satu pabrik gula terbesar di Kabupaten Malang, Jumat (27/5/2022).
Dalam kunjungan kerjanya, Arief juga menyebut, ini sebagai upaya agar pabrik gula, termasuk di Kabupaten Malang bisa membeli gula produksi petani lokal sesuai dengan harga yang disepakati. Yakni sebesar Rp 11.500 per kilogram.
“Rp 11.500 itu harga minimal, kalau nanti lelangnya Rp 12.000, ya harus dibeli Rp 12.000. Kenapa demikian, karena produksi itu akan ikut naik kalau kesejahteraan petani itu baik,” ujar Arief.
Sementara itu, hal senada juga dipastikan oleh Ketua Umum Pusat Koperasi Primer Tebu Rakyat (PKPTR), Hamim Kholili, bahwa pada musim giling saat ini, harga gula petani lokal masih relatif stabil. Yakni berkisar di harga Rp 12.000 per kilogramnya.
“Yang sudah dilelang itu 2.100 ton, yang akan kita lepas pada hari Senin mendatang itu sekitar 3.200 ton, itu dari PG Krebet Baru. Harganya pada lelang pertama ini trendnya positif, masih di harga Rp 12.000,” ujar pria yang akrab disapa Gus Hamim.
Selain itu, untuk tahun 2022 ini dirinya memastikan, harga gula produksi petani lokal tidak akan begitu terpengaruh impor gula yang dilakukan oleh pemerintah. Meskipun di sisi lain, kebutuhan gula Indonesia masih belum lepas dari impor.
Namun menurutnya, saat ini harga raw sugar yang diimpor mengalami kenaikan. Dimana harga tersebut akan lebih mahal jika harus diimpor dan didatangkan ke Indonesia. Hal itulah yang menurutnya akan membuat harga gula petani lokal tetap bisa bersaing.
“Tahun ini raw sugarnya itu lebih mahal daripada gula lokal, apalagi kalau didatangkan. Jadi enggak mungkinlah raw sugar itu memukil kita. Karena bagaimana pun kita tahu krisis pangan di dunia,” pungkas Gus Hamim. (Agb/Arf)