JAVASATU.COM-PASURUAN- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menegaskan, untuk sapi yang mati akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Pemerintah Pusat akan memberikan ganti rugi kepada peternak dengan kategori kecil. Yakni peternak yang hanya memiliki 1-3 sapi dan kelangsungan hidupnya hanya bergantung dari sapi itu sendiri.
“Ganti rugi memang sudah diwacanakan, tapi diprioritaskan untuk peternak kecil yang hanya punya 1-3 ekor dan karena hidupnya sangat tergantung dari sapi yang mati itu. Saya minta didata dan segera laporkan secepatnya” tegas Suharyanto saat memantau langsung kondisi sapi perah milik peternak dibawah naungan Koperasi Peternak Sapi Perah Setia Kawan Nongkojajar, Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, Sabtu (25/6/2022) dilansir dari pasuruankab.go.id.
Suharyanto yang juga memantau langsung pendistribusian vaksin ternak PMK di tempat itu meminta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasuruan untuk segera mendata jumlah sapi yang mati akibat wabah PMK dan berapa peternak kecil yang sangat terdampak akibat kematian ternak yang mereka miliki.
Untuk itu, Suharyanto menghimbau agar masyarakat tidak panik terkait wabah PMK yang menyerang ternaknya.
“Dengan vaksinasi, setidaknya para peternak bisa lega lantaran bisa menekan semakin meluasnya penyebaran PMK pada ternak sapi maupun kambing/domba” jelasnya.
Hanya saja, menurut dia, vaksin saja tak cukup apabila tidak diimbangi dengan gerak cepat para peternak agar intens berkoordinasi dengan Pemda maupun Pemdes dan tiga pilar (Danramil, Kapolsek dan Camat). Utamanya apabila melihat ada ternak yang bergejala mirip ataupun terjangkit PMK.
“Saya minta semuanya tidak panik supaya sapi-sapi kita juga terjaga. Segera lapor kalau ada gejala pada ternaknya. Tapi sedini mungkin dijaga dengan baik, mulai dari makannya, minumnya dan bisa mengendalikan mobilisasi sapi yang masih terjadi” ucapnya.
Dikutip dari laman resmi Diskominfo Kabupaten Pasuruan, pasuruankab.go.id mencatat, khusus di Kecamatan Tutur, ada 25 ribu vaksin yang disuntikkan ke sapi-sapi yang sehat atau yang sudah dinyatakan sehat setelah terjangkit PMK.
Sementara itu, menurut Wakil Bupati Mujib Imron menyampaikan bahwa ribuan ekor sapi, khususnya sapi perah yang terjangkit PMK sangat berpengaruh terhadap produksi susu itu sendiri.
Ia lantas mencontohkan dalam satu hari, produksi susu di satu koperasi besar bisa mencapai antara 125-130 ton susu segar. Namun karena banyak sapi yang terjangkit, produksinya anjlok hingga 100 ton. Padahal susu segar di Kabupaten Pasuruan sangat dibutuhkan untuk industri pengolahan susu (IPS) seperti PT Nestle Indonesia, PT Indolakto dan lainnya.
“Ya berpengaruh sekali ketika banyak sapi perah yang terjangkit, otomatis susu tidak bisa diperah. Itulah sebabnya mumpung Pak Kepala BNPB ke sini, sekalian kami sampaikan bahwa Kabupaten Pasuruan dapatlah menjadi prioritas penanganan PMK dalam hal vaksinasi, bantuan obat-obatan dan vitamin ternak. karena 30 persen populasi sapi perah di Jatim ada di Kabupaten Pasuruan,” harapnya. (Saf/Nuh)