JAVASATU.COM- Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (FAHUTAN) mengadakan program 5th International Summer Course on Forestry and Environment (ForSC) yang diikuti 133 peserta dari tujuh negara.
Kegiatan yang berlangsung pada 4-11 Agustus 2024 ini mengambil tema ‘Youth Contribution in the Forest Management for Climate Crisis Mitigation’, dengan beragam aktivitas seperti kuliah internasional, kompetisi, dan eksplorasi hutan di Sukabumi.
Adil Liaqat, mahasiswa asal Pakistan yang turut berpartisipasi, menyebut program ini sebagai pengalaman summer course terbaik selama berada di Indonesia.
“Kami tidak hanya belajar teori, tetapi juga melihat langsung bagaimana reforestasi dan rehabilitasi hutan serta bisnis karbon dan getah pinus diimplementasikan di lapangan,” ujarnya.
Kegiatan ini mencakup perkuliahan yang disampaikan oleh 12 narasumber dunia serta kunjungan ke Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Para peserta, yang berasal dari 24 universitas, juga diberi kesempatan untuk melakukan observasi langsung terkait manajemen hutan alam dan hutan tanaman.
Salah satu momen yang paling menarik adalah kunjungan ke Goa Putih di Sukabumi, di mana mayoritas peserta pertama kali menelusuri goa sempit dan berair sambil mempelajari formasi stalaktit dan stalagmit.
Tak hanya itu, kegiatan International Cultural Night juga menjadi ajang pertukaran budaya antarnegara. Mahasiswa dari Rwanda menampilkan tarian tradisional, sementara peserta dari Korea membawakan tarian K-Pop dan Gangnam Style. Peserta asal Jepang mengajak semua bernyanyi lagu Doraemon, sementara peserta dari Indonesia, Pakistan, dan Malaysia menampilkan tarian serta lagu tradisional mereka.
Mahasiswa dari Seoul National University, Eun Bin Jeon, menuturkan kekagumannya terhadap keanekaragaman hayati yang mereka temukan saat melakukan tracking di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
“Kami belajar banyak tentang pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati dalam upaya mitigasi krisis iklim,” ungkapnya.
Salah satu atraksi yang paling memukau peserta adalah Jembatan Gantung Situgunung, yang disebut sebagai jembatan gantung terpanjang di Asia Tenggara.
Hitomi Nakayama dari Kyoto University, Jepang, juga mengungkapkan rasa beruntungnya bisa ikut dalam program ini.
“Saya belajar banyak tentang manajemen hutan di Indonesia dan berkesempatan bertemu banyak teman dari berbagai negara, mendengarkan pengalaman mereka terkait manajemen hutan di negara asal mereka,” ungkapnya.
Kegiatan ini disponsori oleh Tanoto Foundation, Direktorat Pendidikan Internasional IPB, Himpunan Alumni FAHUTAN IPB (HA-E IPB), Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi, dan PT Rinjani Parahita Nusantara.
Dengan pengetahuan yang diperoleh, diharapkan para peserta dapat berkontribusi dalam mitigasi krisis iklim melalui manajemen hutan berkelanjutan. (Arf)