JAVASATU.COM-JAKARTA- Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, secara resmi sudah mengumumkan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (Capres) dari NasDem pada tahun 2024 mendatang.

Pengumuman yang disampaikan dengan mengundang Anies langsung itu dinilai bakal berpengaruh terhadap calon pemilih partai tersebut pada Pemilu Legislatif 2024 mendatang.
Pengamat Politik dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Dr. Wahyudi Winarjo menyebut, NasDem lebih banyak untungnya ketimbang kerugian yang ditimbulkan dengan mengusung Anies sebagai Capres dengan mendahului mitra koalisinya PKS dan Demokrat.
“Kok saya melihat NasDem lebih banyak untungnya dibandingkan kerugian yang didapat usai mengumumkan Anies Capres, karena seperti yang kita tahu, kelemahan NasDem berada pada masyarakat pemilih Islam perkotaan. Sedangkan ceruk pemilih diarea itu kecendrungannya memilih Capres dengan kriteria salah satunya terkesan cerdas dan taat azas, dan itu ada pada sosok Anies” kata Wahyudi.
Dijelaskan Wahyudi, NasDem tinggal merawat dan memberi pemahaman kepada para pemilih islam tradisional dan non muslim yang selama ini menjadi basis utamanya bahwa dalam merawat bangsa dan negara kedepan ini memang dibutuhkan pemimpin yang cerdas serta memiliki kemampuan mengeksplor potensi masyarakatnya serta kekayaan alam yang dimiliki, ucap Dosen Sosilogi Politik ini.
“Saya belum melihat pencapresan Anies akan menggerus suara NasDem Indonesia Timur, ya kalaupun ada dinamika maupun sentiment juga tak signifikan. Justru NasDem akan meraup keuntungan di wilayah Jabar, DKI, Banten dan Sumatera secara signifikan,” kata Wahyudi.
Sementara, Lembaga survei Saeful Mujani Research and Center (SMRC). Usai deklarasi mengusung Anies itu, SMRC mendapati Partai NasDem berpotensi kehilangan suara dari kantong pemilih di Wilayah Indonesia Timur.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani memaparkan pada pemilu 2019, NasDem mendapat coattail effect atau efek ekor jas karena mengusung paslon Jokowi-Ma’ruf Amin. Salah satunya, capaian suara NasDem di Indonesia bagian Timur dan luar Jawa meningkat sebesar 6 persen dari 7,5 persen di 2014 naik menjadi 13,2 persen di Pemilu 2019.
Dalam kasus Anies, hasil survei SMRC menemukan dukungan pada NasDem di Indonesia bagian Timur mengalami penurunan dari 10.8 persen (Mei 2021) menjadi 3,9 persen (Agustus 2022). Khusus untuk dukungan pemilih nonmuslim di wilayah itu, suara NasDem juga turun dari 6,8 persen menjadi 2,5 persen pada periode yang sama.
Sementara, dukungan terhadap NasDem di provinsi berbasis pemilih muslim seperti Jawa Barat belum terlihat meningkat signifikan. SMRC menemukan dalam rentang 1,5 tahun pemilih muslim yang mendukung NasDem hanya meningkat 0,4 persen dari 3,3 menjadi 3,7 persen.
Deni menjelaskan dari hasil survei SMRC tersebut, isu NasDem mencalonkan Anies yang mencuat sebelum deklarasi kemarin punya dampak terhadap perubahan wajah pemilih partai tersebut.
“Suara NasDem di Indonesia Bagian Timur dan dari kelompok pemilih nonmuslim mengalami penurunan. Sementara hingga Agustus 2022 belum terlihat ada penguatan dukungan yang signifikan untuk NasDem dari Indonesia Bagian Barat dan kelompok pemilih muslim,” katanya.
NasDem Untung Momentum
Pengamat Politik Universitas Andalas Ilham Aldelano Azre menilai berbeda soal langkah NasDem.
Menurutnya, langkah cepat NasDem mendeklarasikan Anies sebagai bakal capres 2024 ini justru akan menciptakan efek ekor jas yang positif di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
“Saya rasa akan cenderung menguntungkan mereka daripada merugikan mereka ya, karena mereka dapat momentum sebenarnya, pemilih loyal Anies ini sebenarnya kan kebalikan dari pemilih Pak Jokowi. Antitesis pemilih Jokowi, itu yang dicoba oleh partai NasDem untuk meraup suara tersebut,” kata Ilham, Kamis (6/10) malam.
Ilham juga menilai Anies dan NasDem memiliki hubungan yang telah berlangsung panjang di mana salah satunya saat mendeklarasikan gerakan Nasional Demokrat pada 2010 silam. Histori relasi itu, katanya, juga menjadi bekal bagi NasDem untuk mengambil keuntungan dari pencalonan Anies.
“(Anies) bisa dikapitalisasi NasDem, jadi NasDem ini adalah Anies Baswedan. Jadi momentumnya Anies dapat sama mereka hari ini, nggak ada partai lain yang bisa mengkapitalisasi pengaruh Anies (selain NasDem),” papar Ilham.
Senada, Pengamat Politik Universitas Padjajaran Idil Akbar melihat pencapresan Anies itu bisa berpengaruh terhadap pemilih muslim terhadap NasDem. Menurutnya, berdasar hitungan politik dan hasil survei belakangan ini, Anies bisa memberikan kontribusi itu kepada partai pengusungnya.
“Harus diakui pemilih terbesar di Indonesia itu mayoritas Muslim dan banyak juga dari mereka yang katakanlah melihat performance Anies. [Kelompok] itu yang mereka sasar sebagai target pemilih di Pemilu 2024,” ujar Idil.
Adapun terkait gejolak yang timbul di kalangan kader maupun potensi perubahan pemilih usai pendeklarasian Anies itu, ia melihatnya itu sudah menjadi bagian dari dinamika politik yang mungkin telah diperhitungkan DPP NasDem.
“Mereka paham betul, tetapi sejauh yang saya tangkap, pemilihnya masih belum ada gejolak signifikan atau gimana-gimana sampai mengganggu elektabilitas NasDem. Tentu ada perhitungan mereka juga, konsekuensi politik yang akan mereka dapatkan, insentif politik yang mereka dapatkan mungkin jauh lebih besar daripada konsekuensinya,” tegas Idil.
Ia pun mengingatkan ada faktor lain pada 2024 mendatang yang bisa berpengaruh pada suara partai, yakni mengenai cawapres pendamping Anies dan caleg yang maju di Pileg 2024. Bukan tidak mungkin dua faktor itu akan menjadi penyelamat lumbung suara NasDem di kalangan pemilih non-Muslim. (Han-Nusadaily.com/Saf)