JAVASATU.COM-MALANG- Pembelaan tak berdasar kader Partai Demokrat kepada Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak disayangkan oleh kader PDI Perjuangan. Diketahui, Ketua BPOKK DPD Demokrat Jatim Mugianto menyebutkan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto tidak memiliki etika politik yang baik karena mengkritik Emil Dardak.
Pernyataan Mugianto menyulut komentar dari para pengurus dan kader partai banteng moncong putih tersebut. Salah satunya Wakil Ketua PDI Perjuangan Kabupaten Malang, Abdul Qodir alias Adeng.
Adeng berpandangan bahwa statemen Hasto dilontarkan berdasarkan laporan beberapa kepala daerah dari PDIP di Jawa Timur yang mengaku lebih direspon Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa daripada Wakilnya, Emil Dardak.
Berdasarkan laporan itulah, Hasto menjawab pertanyaan awak media sesuai realita yang dialami oleh para kepala daerah dari PDI Perjuangan di Jawa Timur. Hasto juga mengaku tak tahu mengapa Emil bersikap demikian.
Namun oleh Ketua BPOKK DPD Demokrat Jatim Mugianto, Hasto dikatakan tidak mengedepankan etika politik yang baik. Mugianto bahkan mengatakan Hasto menetapkan politik adu domba, politik belah bambu dan politik yang memecah belah.
Menurut Adeng, sikap Mugianto tersebut menunjukkan ketidakdewasaan dalam berpolitik. Alasan Adeng, sikap kritis Hasto tersebut seyogyanya dimaknai sebagai kontrol sosial terhadap pejabat publik. Hasto kata Adeng, memposisikan Emil sebagai Wagub Jatim, bukan Ketua Demokrat Jatim.
“Sebagai politisi Mugianto harusnya paham. Bahwa Pak Sekjen kami menyampaikan buah pemikiran kritis, bukan tuduhan yang tak berdasar. Itu adalah temuan Pak Hasto berdasarkan laporan kepala daerah,” tegasnya.
Adeng kemudian menjelaskan kepada Mugianto soal pemikiran kritis. Kata dia, pemikiran kritis muncul dari sebuah proses kemampuan mendapatkan informasi yang relevan kemudian memisahkannya dari informasi yang tidak relevan.
Jika pemikiran kritis tersebut dibalas dengan sikap kebencian apalagi menyerang pribadi, justru Adeng mempertanyakan konsep pengkaderan di Demokrat selama ini seperti apa.
“Kok sangat kontradiktif dengan nama partainya Demokrat namun sikap dan tindakan politiknya tak mencerminkan sosok yang demokrat, gimana sih konsep pengkaderan di Partai Demokrat” ungkap Adeng.
Seharusnya sikap pemikiran kritis bisa ditanggapi dengan pemikiran kritis pula yang mengedepankan konsep serta gagasan bermutu. Bukan menyerang pribadi yang tidak mencerminkan pendidikan politik yang baik.
“Dari hilir sampai hulu, kader Partai Demokrat ini sama semua, melakukan serangan balik dengan menyerang pribadi, itu tandanya mereka tidak menemukan jalan keluar sebagai problem solving dari masalah. Enggak dewasa banget. Apa enggak bikin malu tuh, akhirnya rakyat sendiri berpikir jika kalangan mereka pegang kekuasaan, jadi ngeri juga kan,” pungkasnya. (*)