JAVASATU.COM- Survei LSI Denny JA menyebutkan, lebih dari 60 persen dari populasi Indonesia menyatakan diri sebagai bagian dari dua ormas Islam paling besar, NU dan Muhammadiyah. Namun belum banyak digali bagaimana perilaku sosial dan pilihan politik dari mereka yang merasa keluarga besar NU ataupun Muhammadiyah.
LSI Denny JA melakukan studi awal, mengaitkan komunitas NU, Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya dengan isu yang kini paling panas yakni pertarungan calon presiden, dan pilihan partai politiknya.
“Pemilih muslim Indonesia jumlahnya mayoritas (87.4%). Dari jumlah tersebut, sebesar 56.9% menyatakan merasa bagian dari Nahdlatul Ulama (NU). Sebesar 5.7% menyatakan merasa bagian dari Muhammadiyah. Sebesar 3.0% menyatakan merasa bagian dari ormas Islam lainnya. Sebesar 33.8% menyatakan tidak merasa bagian dari ormas Islam manapun,” beber hasil survei LSI Denny JA yang diterima redaksi media ini pada Selasa (19/9/2023).
Survei Denny JA juga menyebutkan, dalam simulasi tiga capres (Prabowo, Ganjar, Anies), Prabowo bersaing dengan Ganjar, unggul sangat tipis di NU. Anies unggul di Muhammadiyah. Namun jika head to head, misalnya Prabowo versus Ganjar, maka Prabowo unggul lebih telak baik di NU, Muhammadiyah maupun di ormas Islam lainnya.
Di partai nasionalis (60.5%) simulasi tiga capres menempatkan persaingan yang ketat antara Prabowo dan Ganjar. Prabowo 42.3%. Ganjar 42.0%. Selisih 0.3%. Namun jika head to head, keunggulan telak untuk Prabowo. Prabowo 52.3%. Ganjar 46.9%. Selisih 5.6%.
Di partai Islam (18.2%) keunggulan ada di Anies. Anies 37.1%. Prabowo 28.3%. Ganjar 28.1%. Jika partai Islam membesar maka bisa ada pengaruh positif terhadap elektabilitas Anies.
“Tetapi saat ini posisi partai Islam berada dalam posisi yang belum kuat. Sehingga elektabilitas Anies secara keseluruhan belum bisa terdongkrak,” kata hasil survei LSI Denny JA melalui keterangan tertulisnya.
Perlu diinformasikan, riset LSI Denny JA kali ini menggunakan survei tatap muka (face to face interview) dengan menggunakan kuesioner kepada 1.200 responden di seluruh Indonesia. Dengan 1.200 responden, margin of error survei ini sebesar 2.9%. Survei dilakukan pada tanggal 1 – 8 Agustus 2023.
Selain survei dengan metode kuantitatif, LSI Denny JA juga memperkaya informasi dan analisa dengan metode kualitatif, seperti analisis media, in-depth interview, expert judgement dan focus group discussion.
Ormas Islam dan Pilihan Capres
Kepada responden beragama Islam (87.4%) survei LSI Denny JA menanyakan “Dari beberapa ormas agama berikut, Ibu/Bapak merasa menjadi bagian ormas agama mana?”
Hasilnya, sebesar 56.9% menyatakan merasa bagian dari Nahdlatul Ulama (NU). Sebesar 5.7% menyatakan merasa bagian dari Muhammadiyah. Sebesar 3.0% menyatakan merasa bagian dari ormas Islam lainnya. Sebesar 33.8% menyatakan tidak merasa bagian dari ormas Islam manapun. Sisanya menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab.
Pada bulan yang sama (Agustus) tahun 2005, LSI Denny JA pernah melakukan survei dengan pertanyaan yang sama. Pada waktu itu, yang menyatakan merasa menjadi bagian NU sebesar 27.5%. Merasa menjadi bagian Muhammadiyah 9.4%. Pada survei Agustus 2014 angka itu berubah, yang merasa bagian dari NU sebesar 41.7%, yang merasa menjadi bagian dari Muhammadiyah sebesar 7.8%.
“Dalam kurun waktu 2005 sampai dengan 2023, terlihat bahwa yang merasa menjadi bagian NU semakin bertambah. Ada penambahan dua kali lipat dari 27.5% di 2005 menjadi 56.9% di 2023. Sedangkan, yang merasa menjadi bagian dari Muhammadiyah semakin berkurang hampir separuh. Di tahun 2005 sebesar 9.4%. Kini di 2023 sebesar 5.7%,” papar survei Denny JA.
“Bagaimana ormas Islam jika dikaitkan dengan pilihan capres 2024?,” tanya survei LSI Denny JA.
Hasilnya, diantara tiga bacapres (Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan), Prabowo yang paling populer (dikenal) di semua ormas Islam.
“Pengenalan Prabowo di NU sebesar 98%. Anies sebesar 87.4%. Ganjar sebesar 85.9%. Di Muhammadiyah, pengenalan Prabowo bahkan mencapai 100%. Pengenalan Ganjar dan Anies di level yang sama sebesar 92.5%,” ungkapnya.
Di antara dua bacawapres (Muhamimin Iskandar dan Agus Harimurti Yudhoyono/AHY), survei LSI Denny JA menyebut, AHY lebih populer dibandingkan Muhaimin Iskandar di semua ormas Islam. Di NU, yang mengenal AHY sebesar 67.1%, yang mengenal Muhaimin sebesar 44.2%. Di Muhammadiyah yang mengenal AHY sebesar 72.5%, yang mengenal Muhaimin 47.2%.
“Di ormas Islam lainnya, yang mengenal AHY sebesar 71.4%, yang mengenal Muhaimin 58.3%,” terang survei.
Dari sisi tingkat kesukaan terhadap bacapres, LSI Denny JA menyampaikan, Prabowo dan Ganjar bersaing ketat di NU. Tingkat kesukaan Prabowo sebesar 79.4%. Tingkat kesukaan Ganjar sebesar 79.2%. Adapun tingkat kesukaan terhadap Anies sebesar 72.6%.
Lanjutnya menyampaikan, di Muhammadiyah, tingkat kesukaan Prabowo paling tinggi sebesar 65.0%. Ganjar dan Anies di level tingkat kesukaan yang sama sebesar 62.2%. Di ormas Islam lainnya, Prabowo dan Anies bersaing ketat dalam level yang sama sebesar 95.2%. Kesukaan terhadap Ganjar di ormas lainnya sebesar 89.5%.
“Tingkat kesukaan terhadap dua bacawapres (Muhaimin dan AHY), di NU AHY lebih tinggi tingkat kesukaannya. Tingkat kesukaan terhadap AHY di NU sebesar 72.6%. Tingkat kesukaan Muhaimin di NU sebesar 66.7%,” urainya.
Distribusi Ormas Islam
Dilihat dari sisi pendidikan, yang merasa bagian dari NU, menurut survei LSI Denny JA, paling banyak berasal dari pendidikan tamat SD/sederajat kebawah (41.2%). Merasa bagian dari Muhammadiyah paling banyak berasal dari pendidikan tamat SMA sederajat (30.0%).
“Ormas Islam lainnya paling banyak berasal dari pendidikan tamat SD/sederajat kebawah (52.4%). Dari sisi ekonomi, paling banyak berasal dari pendapatan dibawah 2jt/bulan untuk semua ormas Islam. Bagian dari NU dari pendapatan dibawah 2jt/bulan sebesar 48%. Bagian dari Muhammadiyah sebesar 42.5%. Bagian dari ormas Islam lainnya sebesar 57.1%,” ungkap surveri Denny JA.
Dari sisi teritori, yang merasa bagian dari NU terkonsentrasi di Jawa. yang merasa bagian dari NU berasal dari Jawa sebesar 77.9%. Untuk Muhammadiyah terkonsentrasi di Jawa di Sumatera. Yang merasa bagian dari Muhammadiyah yang berasal dari Jawa sebesar 60%, yang berasal dari Sumatera sebesar 35%.
“Dilihat dari sisi laki-laki dan perempuan, yang merasa bagian dari NU lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Laki-laki sebesar 51.3%, perempuan sebesar 48.7%. Di Muhammadiyah, imbang antara laki-laki dan perempuan. Di laki-laki sebesar 50%, begitupun di perempuan sebesar 50%,” ungkapnya.
“Bagaimana pandangan ormas Islam dengan kepuasan terhadap kinerja pemerintah dan pilihan capresnya?,” tanya survei.
Hasilnya, di semua ormas Islam, mayoritas puas dengan kinerja pemerintah. Bagian yang merasa NU yang puas dengan pemerintah sebesar 78.4%.
Bagian yang merasa Muhammdiyah yang puas dengan kinerja pemerintah sebesar 57.5%. Ormas lain yang puas dengan kinerja pemerintah sebesar 61.9%.
“NU paling tinggi tingkat kepuasannya terhadap kinerja pemerintah,” kata survei Denny JA.
Lanjutnya, bagian yang merasa NU, pilihan capresnya Prabowo bersaing ketat dengan Ganjar, Prabowo unggul sangat tipis. Sebesar 36.2% memilih Prabowo. Sebesar 35.5% memilih Ganjar. Sebesar 17.9% memilih Anies.
“Di Muhammadiyah, Anies yang unggul. Anies meraih dukungan sebesar 45.2%, Ganjar berada di urutan kedua sebesar 33.0%, dan Prabowo sebesar 20.8%. Di ormas Islam lainnya, Prabowo unggul dengan dukungan sebesar 29.8%, kemudian Anies sebesar 19.9%, dan Ganjar 14.5%,” urainya.
“Bagaimana jika dalam skema head to head?,” tanya survei.
Hasilnya, head to head Prabowo dan Ganjar, menempatkan Prabowo unggul di semua ormas Islam. Di bagian yang merasa NU, Prabowo unggul diangka 47.7%, Ganjar 46.5%.
“Di NU, Prabowo vs Ganjar, secara angka unggul, secara statistik, bersaing ketat. Di Muhammadiyah, keunggulan Prabowo lebih telak. Prabowo mendapat 55.7%, Ganjar mendapat 41.4%. ada selisih 14.3%. Di Ormas Islam lainnya Prabowo juga unggul dengan elektablitas diangka 53.2%, Ganjar sebesar 20.6%,” bebernya.
Menurut survei Denny JA, dalam pertarungan partai politik, ormas Islam punya kecendrungan masing-masing saat ini. Tiga partai pilihan tertinggi di NU adalah PDIP (21.9%), Gerindra (13.6%), dan PKB (11.6%). Tiga partai pilihan tertinggi di Muhammadiyah adalah PDIP (20.9%), PAN (17.5%), dan PKS (10%).
Tiga partai pilihan tertinggi di ormas lainnya adalah, Golkar (30.0%), PDIP (13.3%), dan Nasdem (9.5%).
“Diantara tiga capres (Prabowo, Ganjar, Anies), siapakah yang didukung Jokowi menurut ormas Islam?,” tanya survei.
Hasilnya, yang merasa bagian dari NU, sebesar 39.5% menyatakan Jokowi mendukung Prabowo. Sebesar 35.1% menyatakan Jokowi mendukung Ganjar. Sebesar 18.4% menyatakan Jokowi mendukung Anies Baswedan.
Yang merasa bagian dari Muhammadiyah sebesar 43.8% menyatakan Jokowi Mendukung Prabowo. Sebesar 43.8% juga menyatakan Jokowi mendukung Ganjar. Sebesar 12.4% menyatakan Jokowi mendukung Anies.
“Bagaimana dengan Ideologi syariat Islam, pemisahan antara agama dan politik, dan Pancasila?,” tanya survei.
Yang merasa bagian dari NU, sebesar 82.9% menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali dengan ideologi syariat Islam. Yang merasa bagian dari Muhammadiyah menyatakan kurang setuju/tidak setuju sama sekali sebesar 82.5%.
Yang merasa bagian dari NU, sebesar 54% menyatakan agama dan politik adalah satu kesatuan tidak bisa dipisahkan. Yang merasa bagian dari Muhammadiyah sebesar 67.5% menyatakan agama dan politik adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan.
Yang merasa bagian dari NU, sebesar 89.7% menyatakan setuju pancasila sebagai ideologi Indonesia. Yang merasa bagian dari Muhammadiyah sebesar 95.0% menyatakan setuju Pancasila sebagai Ideologi Indonesia.
Dalam hal isu penting, antara NU dan Muhammadiyah mempunyai kesamaaan. Di semua ormas Islam, baik itu NU, Muhammadiyah, dan ormas Islam lainnya isu yang penting paling tinggi adalah isu ekonomi.
Yang merasa bagian dari NU isu ekonomi sebagai isu penting sebesar 62.6%. yang merasa bagian dari Muhammadiyah isu ekonomi sebagai isu penting sebesar 55.0%. di ormas lainnya isu ekonomi sebagai isu penting sebesar 42.9%.
Dalam memandang isu petugas partai, mayoritas bagian dari NU, Muhammadiyah, dan ormas lainnya menyatakan kurang setuju atau tidak setuju sama sekali.
Di kalangan NU sebesar 67.8% menyatakan tidak setuju dengan sebutan petugas partai. Di kalangan Muhammadiyah sebesar 72.5% tidak setuju. Dikalangan ormas lainnya, sebesar 57.1% menyatakan tidak setuju.
“Sekarang bagaimana dengan penggunaan handphone, medsos, sampai tolerasi agama?,” tanay survei.
Di semua ormas Islam, mayoritas merupakan pengguna handphone. Bagian yang merasa NU yang menggunakan handphone sebesar 76.9%. Kalangan Muhammdiyah sebesar 90%. Kalangan ormas lainnya sebesar 66.7%.
Untuk akses internet, kalangan NU dan Muhammadiyah mayoritas mengakses internet. Kalangan NU yang mengakses internet sebesar 65%. Kalangan Muhammadiyah yang mengakses internet sebesar 85%. Ormas Islam lainnya yang mengakses internet sebesar 47.6%.
Mayoritas baik kalangan NU maupun Muhammadiyah mempunyai akun media sosial.
Di kalangan NU yang mempunyai aku media sosial (apapun media sosialnya) sebesar 64.6%. Dikalangan Muhammadiyah angkanya lebih tinggi lagi yang mempunyai akun sebesar 82.5%.
Untuk medsos yang paling banyak dimiliki adalah Whatsapp (WA) baik itu kalangan NU maupun kalangan Muhammadiyah. Kalangan NU yang memiliki WA sebesar 65.8%. Kalangan Muhammadiyah yang memiliki WA sebesar 85.0%.
Dalam hal toleransi agama, mayoritas ormas Islam menilai toleransi agama dalam posisi yang baik. Kalangan NU menilai toleransi dalam posisi yang baik sebesar 71.4%. Kalangan Muhammadiyah menilai toleransi dalam posisi yang baik sebesar 50.0%.
Partai Nasionalis dan Islam
Survei LSI Denny JA per-Agustus 2023, memperlihatkan raihan total partai nasional mencapai 60.5%. ini merupakan gabungan elektabilitas dari partai nasionalis yang terdiri dari PDIP (23.2%), Gerindra (15.7%), Golkar (12.7%), Nasdem (5.6%), dan Demokrat (3.3%).
Pilihan capres dari pemilih partai nasionalis (60.5%), bersaing ketat antara Prabowo dan Ganjar. Elektabilitas Prabowo sebesar 42.3%. Elektabilitas Ganjar sebesar 42.0%. Elektabilitas Anies sebesar 15.1%. Terdapat persaingan sangat ketat selisih 0.3% antara Prabowo dan Ganjar.
“Bagaimana skema head to head di pemilih partai nasionalis?,” tanya survei.
Head to head Prabowo versus Ganjar, menempatkan keunggulan telak Prabowo atas Ganjar. Prabowo meraih elektabilitas sebesar 52.5%, Ganjar sebesar 46.9%. Prabowo unggul 5.6% atas Ganjar.
Head to head Prabowo versus Anies, menempatkan keunggulan lebih telak Prabowo atas Anies. Prabowo meraih 60.2%. Anies meraih dukungan sebesar 21.7%. Prabowo unggul 38.5% atas Anies.
Head to head Ganjar versus Anies, menempatkan keunggulan telak Ganjar atas Anies. Ganjar meraih dukungan sebesar 54.2%. Anies mendapatkan dukungan sebesar 28.1%. Ganjar unggul 26.1% atas Anies.
“Bagaimana peta di pemilih partai Islam?,” tanya survei.
Berdasarkan media analisis, indept interview, dan juga FGD, terdapat pengelompokan partai berbasis Islam. PKB, PKS, PAN, dan PPP termasuk di dalamnya. Empat partai ini juga partai yang berhasil lolos ke DPR pemilu 2019.
Raihan partai Islam total berjumlah 18.2%. ini merupakan gabungan elektabilitas yang di peroleh PKB (6.6%), PKS (5.6%), PAN (4%), dan PPP (2%).
Pilihan capres dari pemilih partai Islam (18.2%), menempatkan Anies di posisi teratas sebesar 37.1%. Posisi kedua ada Prabowo sebesar 28.3%. Posisi Ketiga Ganjar sebesar 28.1%. Anies paling unggul di pemilih partai Islam. Prabowo dan Ganjar bersaing.
“Bagaimana skema head to head di pemilih partai Islam?,” tanya survei.
Head to head Prabowo versus Ganjar, menempatkan keunggulan telak Prabowo atas Ganjar. Prabowo meraih elektabilitas sebesar 53.0%, Ganjar sebesar 41.3%. Prabowo unggul 11.7% atas Ganjar.
Head to head Prabowo versus Anies, menempatkan keunggulan telak Anies atas Prabowo. Anies meraih elektabilitas sebesar 43.5%, Prabowo sebesar 36.7%. Anies unggul 6.8% atas Ganjar.
Head to head Ganjar versus Anies, menempatkan keunggulan telak Anies atas Ganjar. Anies meraih elektabilitas sebesar 50.3%, Ganjar sebesar 34.0%. Anies unggul 16.3% atas Ganjar.
Diakhir rilis tertulis hasil survei LSI Denny JA menyampaiakan, data- data keras di atas hanyalah awal untuk mendalami lebih jauh isu strategis lain berkaitan dengan perilaku sosial dan politik ormas Islam.
“Di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia meninggalkan pertanyaan yang terus menerus perlu jawaban terbaru. Yaitu mengapa partai berbasis Islam di sini tak pernah peroleh dukungan tertinggi dalam pemilu bebas? Mengapa capres yang terpilih selalu bukan yang berlatar belakang tokoh santri, atau pejuang keagamaan?,” pungkas keterangan tertulis LSI Denny JA yang meninggalkan sebuah pertanyaan. (Saf)