Javasatu,Malang- Akibat sepinya penumpang serta pemberlakuan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), para sopir angkutan umum di Kabupaten Malang memilih tidak mengoperasikan kendaraannya.
Koordinator angkutan umum Kabupaten Malang Edi Sunarko mengaku jika penghasilannya menurun drastis. Bahkan para sopir mengaku rugi dengan pembatasan kendaraan hanya diperbolehkan 50% penumpang.
“Dulu itu sebelum ada PSBB saja sudah sepi. Kadang keuntungan kami hanya cukup untuk beli bensin saja, tidak cukup untuk setoran. Lah dengan berlakunya PSBB yang hanya setengah jumlah penumpang (dari total kuota penumpang kendaraan) kami malah rugi jadi kami mending tidak narik” terang Edi. Senin (18/5/2020).
Dalam bertahan diri di rumah, lanjut Edi, ia mengaku akan memanfaatkan bantuan sembako dari Pemkab Malang yang telah dibagikan bersama ke 1.280 sopir beberapa hari lalu.
“Ya kami hanya bisa memanfaatkan bantuan sembako dari Pemkab Malang berupa 15 kilogram beras, satu kilogram telur dan dua liter minyak. Tapi semoga saja itu bisa menahan perut (kebutuhan pokok keluarga) kami selama dua minggu” kata Narko.
Tapi bagaimana jika bantuan sembako itu habis, lanjut Narko, maka bersama-sama dengan para sopir yang lain akan meminta bantuan kembali.
“Ya kami berharap ada bantuan uang tunai seperti sopir angkutan di Kota Malang berupa uang tunai 200 ribu. Saya yakin pemerintah punya dana untuk itu. Kalau data kami sudah validasi ya berupa 1280 sopir itu” tukasnya. (Agb/Red)