JAVASATU.COM-MALANG- Dengan suhu sekitar 37 derajat selsius, pada pukul 11.40 WIB, Rabu (18/10/2023) di Candi Singosari Malang dikagetkan dengan kedatangan 8 Bus rombongan dari Karangasem Bali.
Bahkan iring-iringan Bus yang mereka tumpangi membuat jalan di sekitar Candi kerajaan awal kejayaan Nusantara, Singosari ini menjadi macet.
Hal ini tak lain dikarenakan tidak adanya lahan parkir yang memadai dan ruas jalan yang sempit, menandakan Candi pendarmaan raja Singosari, Kertanagera, kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Kedatangan sekitar 450 orang dari Karangasem Bali ini merupakan agenda rutin Mejauman dari Sentana atau keturunan Arya Kanuruhan, Karangasem, Bali. Mejauman sediri berasal dari kata Jaum (bahasa Bali,red), dalam bahasa Indonesia memiliki arti Jarum.
“Ini adalah cara kami menjahit atau merajut dan mempersatukan kembali kami dengan leluhur kami dari asalnya, yaitu Singosari jawadwipa,” ujar Ketut Murtika (40), salah satu warga asal Banjar Kereteg, Sibetan, Beba dem, Karanganyar, Bali.
Acara ini digelar setelah upacara ngaben dan ngeroras, penyucian roh leluhur dan dianjurkan untuk disembahyangkan di Candi Singosari. Selain Candi Singosari, sebelumnya rombongan bersembahyang di pura Semeru Agung, Senduro, Lumajang.
“Candi Singosari bukan hanya milik warga Malang dan Hindu, ini milik bangsa kita yang harus dijaga dan dirawat, sayang sekali jika kurang perhatian dari pemerintah,” tambah lelaki yang juga dikenal sebagai salah satu tokoh masyarakat di daerahnya.
Hadir menyambut rombongan, suami istri pelaku budaya yang juga dikenal sebagai pembatik Tulis dengan brand Batik Lintang, Indranesia dan Ita Fitriyah.
“Kami sengaja hadir guna menyambut kedatangan saudara kami, sekaligus belajar budaya pelestarian situsnya,” ujar Ita Fitriyah, Owner Batik Tulis Lintang yang mengaku berkomunikasi cukup lama dengan Ketut Kartika.
Acara ini sendiri diyakini masyarakat adat Karangasem Sira Arya Kanuruhan Bali dilakukan setiap periodik 5 tahun sekali.
“Jika merunut dari sejarah ini, harusnya bisa jadi sister city Singosari dengan Karangasem, karena ini acara 5 tahunan, dan semoga pemerintah lebih memperhatikan fasilitas penunjang dan kondisi candi. Astungkara, sampai jumpa 5 tahun lagi,” tegas Indranesia, suami Owner Batik Tulis Lintang yang juga dikenal sebagai aktivis seni dan budaya di Malang. (Nuh)