JAVASATU.COM- Kegiatan Pawai Bebas Plastik tahun ini hadir dengan nuansa berbeda melalui acara ‘Piknik Bebas Plastik’. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang identik dengan longmarch di car free day DKI Jakarta, acara kali ini menyuguhkan berbagai kegiatan seperti workshop, talkshow, pameran, dan pertunjukan seni.
Masalah polusi plastik yang semakin parah di Indonesia menjadi latar belakang utama penyelenggaraan Piknik Bebas Plastik. Polusi plastik tidak hanya terjadi di daratan, tetapi juga sudah mencemari ekosistem perairan seperti sungai dan laut. Penelitian terbaru bahkan mengungkapkan bahwa mikroplastik telah masuk ke ekosistem udara, mengancam kesehatan makhluk hidup termasuk manusia.
“Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik yang dihasilkan dari fragmentasi plastik utuh telah mengganggu kesehatan manusia melalui rantai makanan. Mikroplastik telah ditemukan dalam janin, plasenta, sperma, darah, feses, jantung, dan hati manusia. Selain mikroplastik, senyawa kimia seperti dioksin, bisphenol A (BPA), ftalat, timbal, merkuri, dan cadmium dari pembakaran plastik dapat menyebabkan penyakit kronis seperti kanker dan gagal ginjal,” Rafika Aprilianti, S.Si, Kepala Laboratorium ECOTON Gresik, Jawa Timur, Senin (29/07/2024).
Melihat dampak serius polusi plastik, kata dia, diperlukan gerakan bersama dan kolaborasi dari semua pihak untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mulai dari produksi hingga konsumsi.
“Jika upaya bersama ini dilakukan, target pengurangan sampah plastik sebesar 70 persen di Indonesia pada tahun 2025 bisa tercapai,” kata dia menegaskan.
Menurut Ibar Akbar, Plastics Project Leader Greenpeace Indonesia, tanggung jawab produsen atas sampah plastik sangat diperlukan, tidak hanya fokus pada hilir tetapi juga hulu ketika plastik pertama kali diproduksi.
“Saat ini baru 18 produsen yang mengimplementasikan Permen LHK no 75 tahun 2019 tentang peta jalan pengurangan sampah oleh produsen. Jumlah ini masih sedikit dibandingkan jumlah produsen di Indonesia dan tidak ada transparansi serta capaian dari peta jalan pengurangan sampah,” bebernya.
Abdul Ghofar, Manajer Kampanye Polusi dan Urban Walhi, menambahkan, perlu solusi mengatasi krisis sampah plastik dari awal produksi dengan mengurangi produksi plastik di hulu.
“Inisiatif yang hanya berfokus pada pengurangan sampah di hilir tidak akan efektif jika produksi plastik terus meningkat,” ujarnya.
Sebab itu, BRUIN (Badan Riset Urusan Sungai Nusantara) turut memanfaatkan momen Piknik Bebas Plastik 2024 untuk memaparkan temuan tentang kebocoran sampah plastik di Indonesia. Hasil riset dan studi sensus sampah plastik di 13 provinsi pada tahun 2022-2023 di 64 lokasi ditampilkan melalui alat peraga manekin manusia yang dibungkus sampah plastik.
Muhammad Kholid Basyaiban, Koordinator Sensus Sampah Plastik BRUIN, mengungkapkan, lima manekin terbungkus sampah plastik menggambarkan lima polluter plastik terbesar yang ditemukan di lingkungan. Polluter terbesar adalah kemasan tanpa merek (unbranded), disusul oleh Wings, Unilever, Indofood, dan Mayora.
“Kami juga mengajak pengunjung memboikot produk kemasan dari lima polluter tersebut untuk mengurangi konsumsi plastik sekali pakai,” tegasnya.
Adithiyasanti Sofia, Manager Komunikasi Dietplastik Indonesia, menjelaskan, Piknik Bebas Plastik menjadi contoh acara publik yang menggunakan protokol guna ulang.
“Protokol ini mengharuskan peserta tidak menggunakan kemasan plastik sekali pakai dalam praktik tenant makanan dan minuman serta para pengunjung. Ini membuktikan bahwa masyarakat bisa melakukan praktek guna ulang,” ucapnya menjelaskan.
Perlu diketahui, Pawai Bebas Plastik merupakan bagian dari kampanye nasional dan global #PlasticFreeJuly yang berfokus pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai pada bulan Juli. Inisiator kegiatan ini termasuk Indorelawan, WALHI, Greenpeace Indonesia, Divers Clean Action, Dietplastik Indonesia, Econusa, Pandu Laut, dan Pulau Plastik. Pawai Bebas Plastik mengajak organisasi, komunitas, dan masyarakat untuk bergabung dalam gerakan ini di berbagai kota, bersama-sama menyerukan penghentian krisis plastik. (Sir/Nuh)