JAVASATU.COM- Lapas Kelas I Malang mencatat capaian membanggakan lewat panen raya kubis sebanyak 20 ton dari lahan pertanian Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Ngajum, Selasa (21/10/2025). Hasil panen tersebut bahkan siap menembus pasar ekspor ke Taiwan, menjadi bukti nyata pembinaan warga binaan yang produktif dan bernilai ekonomi tinggi.

Panen raya ini dihadiri Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pemasyarakatan (Ditjenpas) Jawa Timur, Kadiyono, bersama Kepala Lapas Kelas I Malang, Teguh Pamuji, serta jajaran kepala UPT Pemasyarakatan se-Korwil Malang.
Dari lahan seluas 1 hektare, berhasil dipanen kubis segar berkualitas ekspor hasil pembinaan dan kerja keras warga binaan.
Kadiyono menegaskan, keberhasilan panen ini merupakan bagian dari implementasi 13 Program Akselerasi Menteri Hukum dan HAM RI, Agus Andrianto, yang mendorong pembinaan berbasis produktivitas dan kemandirian ekonomi di lembaga pemasyarakatan.
“Ini bukan sekadar panen kubis, tetapi panen kemandirian dan panen manfaat. Warga binaan ikut berkontribusi bagi ekonomi nasional melalui hasil kerja nyata,” ujar Kadiyono.
Kadiyono menegaskan, seluruh kegiatan pembinaan produktif di Lapas harus berdampak nyata bagi masyarakat dan negara.
“Pertanian subur, pemasyarakatan makmur. Inilah semangat kami agar Lapas benar-benar menjadi lembaga yang PASTI Bermanfaat,” pungkasnya.
Kolaborasi antara Lapas Malang dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) juga menjadi faktor penting di balik keberhasilan ini.
Dosen UMM, Hasan Ismail, menjelaskan bahwa pihaknya turut mendampingi aspek teknis pertanian sekaligus membantu pemasaran hasil panen.
“Kami bantu menjembatani kerja sama ekspor dengan PT Fongsoo. Kubis SAE Ngajum akan disalurkan ke pasar Taiwan. Ini bukti produk hasil pembinaan Lapas bisa bersaing di tingkat internasional,” jelas Hasan.
Selain kubis, Lapas Malang juga mengembangkan komoditas kacang tanah sebagai bagian dari diversifikasi hasil pertanian SAE Ngajum. Upaya ini diharapkan memperluas keterampilan warga binaan dan meningkatkan produktivitas pertanian di lingkungan Lapas.
Kepala Lapas Kelas I Malang, Teguh Pamuji, menyebut bahwa kegiatan pertanian tidak hanya memberi manfaat ekonomi, tetapi juga membentuk karakter dan etos kerja warga binaan.
“Mereka belajar nilai kerja keras dan tanggung jawab. Dari pertanian, mereka menemukan makna kemandirian,” ujar Teguh.
Selain panen kubis, jajaran Ditjenpas Jatim juga meninjau peternakan ayam petelur milik Lapas Malang yang mampu memproduksi ribuan butir telur per minggu. Hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus menambah pendapatan Lapas. (dop/arf)