JAVASATU.COM- Gelombang penolakan warga Perumahan Griya Shanta RW 12, Kota Malang, terhadap rencana pembukaan jalan tembus nampaknya semakin menguat. Warga kini menyuarakan keberatan mereka secara terbuka melalui video berjudul “Warga Bicara: Tolak Jalan Tembus Perumahan Griyashanta RW 12” yang diunggah ke kanal YouTube Griyashanta RW 12 Malang pada Senin (3/11/2025).

Video berdurasi 2 menit 22 detik itu menampilkan pernyataan sikap warga yang menolak keras rencana penjebolan tembok perumahan untuk dijadikan akses menuju lahan milik pengembang di sisi barat kawasan tersebut.
Dalam narasinya, warga menjelaskan bahwa tembok yang berdiri sejak 1987 dibangun oleh pengembang resmi PT Waskita Karya sebagai fasilitas keamanan dan kenyamanan penghuni. Mereka menilai pembukaan jalan tembus tidak untuk kepentingan publik, melainkan untuk meningkatkan nilai jual lahan milik pengembang lain di luar kawasan.
“Tembok ini bukan penghalang, melainkan pelindung bagi ratusan keluarga yang telah hidup damai selama puluhan tahun,” ujar narator dalam video tersebut.
Warga juga menolak alasan pembukaan jalan untuk mengurai kemacetan. Mereka menegaskan, tidak ada kemacetan signifikan di sekitar kawasan Griya Shanta yang bisa dijadikan dasar pembenaran proyek tersebut.
“Kami menolak keras jika kepentingan warga dikorbankan demi keuntungan segelintir pihak,” tegas narator dalam video itu.
Berita Terkait:
-
Warga RW 12 Griya Shanta Mojolangu Menolak Jalan Tembus, Walkout dari Sosialisasi
-
Warga Griya Shanta Tolak Jalan Tembus, Begini Kata Pemkot Malang
-
Warga Griya Shanta Malang Tolak Jalan Tembus, Sebut Lebih Untungkan Developer daripada “Publik”
-
Ahli Tata Ruang UB: Rencana Jalan Tembus Griya Shanta Dinilai Tak Berdasar dan Berpotensi Konflik
-
Fakta di Balik Tembok Griya Shanta Malang yang Akan Dibongkar, Ada Pagar Besi
Selain itu, Selasa (4/11/2025) kanal yang sama juga mengunggah video lain berjudul “Terlalu Berisiko untuk Anak Sekolah: Warga Griyashanta Tolak Jalan Tembus”. Dalam video berdurasi 2 menit 25 detik itu, warga menyoroti aspek keselamatan anak-anak sekolah yang berpotensi terdampak jika jalan utama dijadikan akses umum.
Warga menggambarkan setiap pagi dan siang kawasan perumahan dipadati kendaraan orang tua yang menjemput dan mengantar anak sekolah di dalam kompleks. Mereka khawatir pembukaan jalan tembus akan menambah volume kendaraan dan meningkatkan risiko kecelakaan.
“Bagi kami, ini bukan sekedar soal akses jalan, tapi soal keselamatan anak-anak. Keselamatan jauh lebih penting daripada keuntungan pihak tertentu,” tegas dalam narasi video itu.
Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari pihak pengembang maupun Pemerintah Kota Malang terkait rencana pembukaan jalan tembus yang ditolak warga tersebut. (saf)