JAVASATU.COM- Nama Stella Christie mungkin asing di telinga publik Indonesia sebelum pelantikan kabinet. Namun, di dunia sains kognitif global, ia adalah nama yang diperhitungkan. Kepada Akbar Faizal, Stella membuka sisi lain hidupnya yang jauh dari kesan “jenius instan”.

Bukan Anak Ajaib
Stella mengaku berasal dari keluarga ekonomi sederhana dan tidak pernah bercita-cita muluk kuliah di Harvard. Titik baliknya dimulai saat sang ayah menyodorkan kliping koran Kompas berisi informasi beasiswa ASEAN dari pemerintah Singapura.
Meski bahasa Inggrisnya saat itu “belepotan”, Stella nekat mendaftar. Ia lolos, namun kenyataan di Singapura menamparnya keras.
“Banyak kegagalan… hampir tidak gagal (hanya) matematika, yang lainnya itu nilainya merah semua,” kenang Stella .
Setiap bulan, ia harus menghadapi momen memalukan saat dipanggil pemerintah Singapura untuk pembacaan nilai di depan sesama penerima beasiswa, termasuk kakak kelasnya yang kini menjadi Menteri Komdigi, Meutya Hafid. Tak tahan dengan tekanan itu, Stella pindah ke Norwegia (United World College) sebelum akhirnya menembus Harvard dan menjadi Profesor seumur hidup (tenured) di Amerika dan Tsinghua University .
Pertemuan di Bali
Bagaimana ia bisa menjadi Wakil Menteri? Stella mengaku tidak pernah melamar. Semua bermula dari pertemuan di Bali pada Februari 2024. Saat itu, ia diminta Luhut Binsar Pandjaitan memberikan masukan data pendidikan.
Tanpa disangka, di ruangan itu hadir Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Saya kaget… Bapak Presiden langsunglah yang kita bersua,” ujarnya.
Dari diskusi data itulah, Stella yang tadinya berniat menetap di Beijing, akhirnya “pulang kampung” untuk mengabdi, meski harus berpisah sementara dari suami dan anaknya yang masih berusia 9 tahun. (jup)
Sumber: Diolah dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored (Tayang: 4 Desember 2025)