JAVASATU.COM- Perguruan tinggi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Alih-alih menjadi pusat inovasi, kampus seringkali terjebak dalam politik praktis dan birokrasi. Akbar Faizal menodong Prof. Stella Christie dengan pertanyaan tajam: Bisakah kita mengembalikan marwah kampus?

Angka yang Bikin Elus Dada
Stella membuka data yang menyedihkan perihal anggaran riset. Meski di era Jokowi dana riset naik 218% menjadi Rp3,2 triliun, angka itu hanyalah “remah-remah” jika dibandingkan tetangga .
“Indonesia 180 juta USD… Malaysia itu 3,24 miliar USD,” papar Stella . Belum lagi jika dibandingkan dengan China yang mencapai US$ 917 miliar. Tanpa anggaran yang cukup, mimpi menjadi negara maju hanyalah angan-angan.
Dosen Dilarang Kaya dari Riset?
Selain uang yang sedikit, regulasi di Indonesia juga aneh. Stella menyoroti aturan lama di mana dosen peneliti tidak boleh mengambil honor dari dana hibah riset yang dimenangkannya.
“Dosennya juga tidak mau repot-repot… kalau saya tidak dapat keuntungan apapun,” ujarnya. Untungnya, Stella mengklaim aturan ini sudah berhasil diubah sebesar 50%, sehingga peneliti kini bisa mendapatkan insentif langsung.
Jebakan Jabatan & Politisasi
Stella juga mengkritik fenomena di mana dosen lebih mengejar jabatan struktural (Dekan/Rektor) daripada menjadi ilmuwan top, karena insentif karirnya lebih menarik di sana .
Namun, saat ditanya Akbar Faizal mengenai politisasi pemilihan rektor (termasuk hak suara menteri 35%), Stella memberikan jawaban diplomatis namun filosofis. Ia menolak setuju atau tidak setuju secara instan.
“Kita harus melakukan network or system analysis… Kalau kita hilangkan satu titik ini (hak suara menteri), apakah itu akan rubuh semua atau memperkuat?” jawabnya . Bagi Stella, membenahi politisasi kampus butuh kehati-hatian agar tidak merusak ekosistem yang sudah ada. (jup)
Sumber: Diolah dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored (Tayang: 4 Desember 2025)