JAVASATU.COM-GRESIK- Nyai Ageng Tumengkang Sari sangat berjasa dalam perkembangan agama Islam di Kabupaten Gresik, hal itu diungkapkan Wakil Bupati (Wabup) Gresik saat menghadiri haulnya dan sedekah bumi, Minggu (11/9/2022).
Semasa hidupnya, dituturkan Bu Min sapaan akrab Wabup Gresik, Nyai Ageng Tumengkang Sari dikenal sebagai perempuan yang ahli dalam pembuatan jamu (pengobatan) dan kebidanan dengan menolong ibu-ibu yang akan melahirkan. Nyai Ageng Tumengkang Sari adalah cucu Sunan Giri.
“Bahkan sampai sekarang sebagian masyarakat masih percaya, yaitu dengan bermunajat di pusara Nyai Ageng Tumengkang Sari supaya proses persalinan bayinya akan menjadi gangsar (mudah dan lancar)” kata Bu Min.
Di tempat itu, Bu Min juga menceritakan tentang Sumur Songo. Menurut Bu Min, Sumur songo kisahnya mirip dengan Roro Jonggrang, bedanya Roro Jonggrgang ingin dibuatkan seribu candi dalam semalam oleh Bandung Bondowoso. Tetapi kalau Nyai Ageng Tumengkang Sari ingin dibuatkan sumur oleh pangeran yang gagah dari kerajaan Majapahit.
“Saat itu saking cantiknya Nyai Ageng Tumengkang Sari, ada pangeran yang gagah dari kerajaan Majapahit yang ingin meminangnya. tetapi Nyai Ageng Tumengkang Sari tidak ingin menolaknya secara langsung karena takut ada pertumpahan darah. Nyai Tumengkang mengajukan satu syarat itu, yaitu membuat sumur” katanya.
“Akhirnya Nyai Ageng Tumengkang Sari ingin dibuatkan 10 Sumur dalam semalam kepada Pangerang tersebut. Dan sang pangeran mengiyakan apa yang diinginkan oleh Nyai Ageng Tumengkang Sari. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, akhirnya dibuatkan sumur” imbuh Bu Min.
Lebih lanjut Bu Min menjelaskan, setelah selesai membuat 10 sumur sesuai dengan permintaan Nyai Ageng Tumengkang Sari, Pangeran pun menunjukkan hasil pekerjaannya dan berniat menagih janji kepada Nyai Ageng Tumengkang Sari untuk menjadi istrinya.
“Nyai Ageng Tumengkang Sari akhirnya menemui pangeran dan melihat sumur yang telah dibuatnya, kemudian ia menduduki salah satu sumur tersebut. Setelah itu, ia pun menghitung sumur- sumur yang ada tanpa menghitung sumur yang didudukinya” cerita Bu Min.
“Pangeran pun tidak percaya dan mencoba menghitung sumur-sumurnya yang sudah dibuatnya. Mboh gak ndelok mboh kelalen (Entah tidak melihat atau lupa). Pangeran tersebut tidak menghitung satu sumur yang diduduki oleh Nyai Ageng Tumengkang Sari, hingga pada akhirnya sang Pangeran menyerah dan mengakui kekalahannya,” imbuhnya.
Karena gagal melamar Nyai Ageng Tumengkang Sari, kata Bu Min, Pangeran tersebut pun marah dan menyampaikan sumpah serapahnya “Arek wedok dusun kene ojok onok sing nolak lamarane wong lanang maneh, sampek onok sing nolak lamarane wong lanang maneh koyok sing tak rasakno, dadi perawan tuwo sak lawase” (Anak perempuan dusun sini jangan ada yang menolak lamarannya laki-laki lagi, sampai ada yang menolak lamaran anak laki-laki lagi seperti yang saya rasakan, jadi perawan tua selamanya)”.
Menurut Bu Min, Nyai Ageng Tumengkang Sari dan kisah Sumur Songo, merupakan sejarah peradaban Islam yang tak terpisahkan di Kabupaten Gresik yang harus dirawat dan dilestarikan.
“Mudah – mudahan makam ini selain peninggalan sejarah budaya Islam di Kabupaten Gresik, namun juga sebagai pengingat kita sebagai makhluk ciptaan Allah yang nantinya juga akan kembali kepada Allah SWT,” ujarnya.
Bu Min juga berharap, haul Nyai Ageng Tumengkang Sari dan sedekah bumi ini mampu menjadi ajang silaturahmi dan upaya merawat sejarah atau budaya Islam yang ada di Kabupaten Gresik.
“Tradisi ini harus terus dirawat dan dilestarikan. Atas nama pemerintah Kabupaten Gresik, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus yayasan makam sumur songo yang sudah merawat, melestarikan tradisi budaya dan aset sejarah Islam di Kabupaten Gresik Nyai Ageng Tumengkang Sari,” pungkasnya.
Yayasan Makam Sumur Songo Punya Berkas Kemenkumham
Sementara itu, Pengurus Yayasan Sumur Songo, Hudi Suyanto mengatakan, haul Nyai Ageng Tumengkang Sari digelar tiap 12 Bulan Safar, serangkaian acara digelar dari hari Jum’at diantaranya pengajian jama’ah siji, khotmil Qur’an, majlis Yasin dan tahlil, pengajian santri TPQ se Kelurahan Sidokumpul, bari’an/sedekah bumi dan ceramah agama.
“Sebagai Puncak dari serangkaian haul Nyai Ageng Tumengkang Sari (cucu sunan giri), Mbah Kao – Kao, Mbah Buyut Kluncing, Mbah Ndoro Payung, serta para Habib, Masyayikh, dan ahli kubur masyarakat Sidokumpul akan digelar pada hari Kamis 15 September 2022 yang akan diisi dengan majlis dzikir Maulidurrasul Muhammad SAW di sepanjang jalan Panglima Sudirman Gresik,” urai Hudi.
Hudi menambahkan, bahwa di makam seluas 6 hektare sudah resmi menjadi yayasan makam sumur songo, yang sudah dilengkapi surat dari Kemenkumham RI, dengan tujuan mengamankan aset wisata sejarah Islam kota santri dan kegiatan keagamaan.
“Dengan sudah dibangunnya aula baru dan kantor yayasan makam sumur songo kami berharap nantinya untuk dibuat kegiatan keagamaan seperti TPQ, Majlis Maulidurrasul Muhammad tiap bulannya, serta Majlis Yasin dan Tahlil oleh warga sekitar,” tandasnya.
Turut mendampingi Wakil Bupati Gresik, Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Gresik Johar Gunawan dan Lurah Sidokumpul Sulaiman Rasyid.
Sedangkan lokasi Makam Nyai Ageng Tumengkang Sari terletak di Sumur Songo, Desa Sidokumpul, Kecamatan Gresik. (Bas/Saf)